DARI GEROBAK OTAK-OTAK SAMPAI MENEMANI KESUKSESAN ANAK
Bandung merupakan ibu kota Jawa Barat, dikenal sebagai "Kota Kembang" karena pesona alamnya yang menawan dan udaranya yang sejuk. Terletak di dataran tinggi, kota ini dikelilingi oleh pegunungan yang menawarkan pemandangan indah dan udara segar. Bandung juga terkenal dengan kuliner yang menggugah selera, seperti batagor, siomay, dan nasi timbel. Selain itu, kota ini memiliki berbagai destinasi wisata menarik, seperti Kawah Putih, Tangkuban Perahu, dan Dusun Bambu, yang menjadi favorit wisatawan lokal maupun internasional.
Bandung juga dikenal sebagai pusat fashion dan pendidikan di Indonesia, dengan banyaknya factory outlet dan universitas-universitas ternama. Masyarakat Bandung memiliki budaya yang ramah, membuat pengunjung merasa nyaman berada di kota ini. Dengan segala pesonanya, Bandung menjadi salah satu destinasi kota yang tak boleh dilewatkan di Indonesia.
Bandung menjadi salah satu surga kuliner bagi setiap orang yang datang ke kota ini. Makanan dan minuman yang beranekaragam dengan cita rasa yang menggugah selera banyak ditemui di sudut-sudut kota Bandung. Salah satunya otak-otak, semua kalangan pastinya pernah merasakan makanan ini, jajanan murah meriah yang digemari setiap kalangan, baik muda maupun tua semua dapat merasakan makanan ini tanpa batas usia.
Jalan Sumatra kota Bandung adalah salah satu tempat yang dapat dikunjungi untuk menemukan jajanan yang satu ini. Otak-otak “Tejo” yang pasti dilewati oleh setiap orang yang melalui jalan Sumatra kota Bandung tidak sulit untuk ditemui. Laki-laki paruh baya dengan badan gempal yang setiap hari terlihat ceria merupakan salah satu pedagang otak-otak di Kota Bandung.
Muhamad Jabidin namanya atau akrab disapa Tejo, merupakan pemilik gerobak otak-otak di jalan Sumatera. Lahir pada 20 November 1970, yang kini berusia 54 tahun merupakan warga asli Tegal yang bertaruh nasib di Kota Kembang. Tejo sapaan akrabnya, yang sekarang bertempat tinggal di Cicadas kota Bandung, setiap hari berjualan otak-otak dengan gerobak kesayangannya dari tahun 2002 hingga saat ini. Dia merupakan seorang ayah dari 3 orang anak yang ditinggal istrinya karena masalah perselingkuhan.
Tejo yang hanya mempunya ijazah SMP, tidak menyulutkan semangatnya untuk menyekolahkan semua anak-anaknya. Tejo memulai jenjang pendidikan dasar di SDN Tembongwah, Tegal, Jawa Tengah. Sejak SD, Tejo merupakan anak yang ceria, hobi nya hanya bermain bola bersama teman-teman sebayanya, cita-cita yang tinggi ingin menjadi pemain sepak bola tidak didukung penuh oleh kedua orang tuanya. Hal tersebut karena kedua orang tuanya ingin Tejo menjadi polisi.
Setelah lulus sekolah dasar tahun 1982, Tejo melanjutkan jenjang Pendidikan ke tahap yang lebih tinggi, dia menempuh pendidikan di MTS Diwung Danasari, Jawa Tengah. Letaknya tidak begitu jauh dari rumah tempat dia tinggal. Menempuh Pendidikan di Madrasah Tsanwiyah menambah bekal Tejo dalam hal keagamaan yang di pupuk sejak dini. Saat bersekolah di Madrasah Tsanawiyah, Tejo seperti anak remaja pada umumnya, dia merupakan anak yang disiplin, karena kedua orang tuanya memberikan Pendidikan kedisiplinan kepada dia. Tidak hanya itu, dalam hal agama, Tejo merupakan seseorang yang taat beribadah, hal tersebut dapat dilihat hingga saat ini, dia tidak akan meninggalkan waktu sholat meskipun sedang berdagang, karena menurutnya hidup di dunia hanyalah untuk beribadah. Kedisiplinan tertanam dalam diri Tejo hingga saat ini.
Tetapi ada kalanya, pada tahun 1985 saat Tejo masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan bersekolah di salah satu SMA di Tegal, dia tidak ingin melanjutkan sekolah, hal tersebut terjadi karena kedua orang tuanya tidak sanggup untuk menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi. Puncaknya pada tahun 1986, Tejo mengadu nasib ke Jakarta karena dia berpikir untuk hidup mandiri dan dapat membantu perekonomian keluarganya, dengan bekal yang tidak banyak, Tejo berusaha untuk tetap hidup di kota metropolitan tersebut.
Apapun pekerjaan yang dapat dia kerjakan pasti dia ambil, karena dia berpikir untuk hidup dari hari ke hari. Pasar adalah salah satu tempat dia mencari nafkah, meskipun tejo hidup sendiri di kota Jakarta, pikirannya selalu tentang kampung halaman. Karena menjadi pendatang menuntut Tejo untuk berbaur bersama masyarakat, tepat dimana saat itu Tejo mengenal mantan istrinya, selang beberapa waktu, keakraban Tejo dengan wanita yang saat itu belum menjadi istrinyapun lanjut hingga jenjang pernikahan. Tepat tahun 1989 tejo menikahi wanita yang nantinya menjadi ibu dari anak-anaknya. Tejo dikaruniai 3 orang anak, anak pertama lahir tahun 1990 yang saat itu usia pernikahan Tejo yang belum genap 1 tahun. Begitupun anak kedua, dan ketiga yang lahir ditahun-tahun selanjutnya.
Mempunyai istri dan 3 orang anak yang perlu diberi nafkah, tentunya menuntut Tejo untuk lebih kerja keras dalam menjalani hidup dan tanggung jawabnya. Tahun 1992, Tejo mengajak seluruh anggota keluarganya untuk pindah ke Kota Bandung, karena dia berpikir saat itu hidup di Kota Metropolitan sangat mahal. Sejak pindah ke Bandung, Tejo sudah menetap di Jalan Cicadas, semua anaknya dia sekolahkan di sekolah-sekolah yang dekat dari tempat dia tinggal, karena saat itu Tejo dan keluarga tidak memiliki kendaraan yang cukup untuk menampung semua anggota keluarganya. Anak-anak Tejo dididik dari kecil untuk disiplin, baik itu disiplin waktu, istirahat, dan beribadah.
Sejak pagi buta, Tejo sudah beraktifitas untuk mencari nafkah, dia memulai dengan sholat subuh dan tidak lupa mengajak semua anak-anaknya serta istrinya untuk solat berjamaah, hal tersebut sudah dilakukan Tejo sebelum memiliki keluarga kecilnya. Tejo selalu menanamkan agama pada anak-anaknya sejak dini, sehingga dapat menjadi anak-anak yang sholeh yang dapat mendoakan kedua orang tuanya.
Selepas pulang dari pasar, pagi-pagi Tejo mengantarkan anaknya untuk bersekolah, sebagai seorang ayah, dirasa perlu untuk mengantarkan anak-anaknya pergi sekolah, setelah semua tugas rumahnya selesai, Tejo mulai berjualan dengan mendorong gerobak otak-otaknya sampai gerbang sekolah-sekolah, sambil menunggu istirahat anak-anak sekolah, Tejo mempersiapkan dagangannya.
Sejak tahun 2002 Tejo mulai berjualan otak-otak, dimulai dari gerobak yang dia dorong dari sekolah ke sekolah, hingga akhirnya dia menetap untuk berjualan di jalan Sumatra. Saat itu tahun 2002 pendapatan tejo yang tidak menentu dan bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tidak mematahkan semangat seorang ayah yang ingin menyekolahkan semua anaknya hingga menjadi anak yang sukses. Setiap hari, rezeki yang dia dapat dari berjualan otak-otak, dia sisihkan untuk bersedekah, karena menurutnya sedekah merupakan pembuka pintu rezeki. Tetapi, ada suatu momen yang cukup membuat tejo terpukul karena kondisi perekonomiannya saat itu. Hingga istri yang dia cintai meninggalkan anak-anaknya juga Tejo seorang diri.
Dengan penuh semangat dan terus berdoa, Tejo mulai bangkit kembali, hanya semangat anak-anaknya yang dapat memacu Tejo menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab, apalagi melihat semua anak-anaknya berprestasi dalam bidang akademik. Anak-anaknya selalu mendapatkan peringkat ke-1 sejak sekolah dasar, padahal anak-anaknya tidak Tejo masukan ke bimbingan belajar yang anak-anak lain dapatkan dari fasilitas orang tuanya. Anak-anaknya tidak menuntut Tejo untuk meberikan bekal uang saku yang banyak, mereka mengerti keadaan ekonomi keluarganya, mereka didik juga untuk hidup hemat, anak-anak Tejo selalu membeli apa yang mereka butuhkan, bukan yang mereka inginkan. Hal tersebut terjadi karena didikan seorang Tejo kepada anak-anaknya. Hal yang dia rasakan saat kecil tidak ingin terulang oleh anak-anaknya saat ini. Meskipun seorang diri mengurus semua anaknya bukan perkara yang mudah, Tejo perlu menjadi ibu bagi anak-anaknya juga. Setiap hari harapan akan kesuksesan anaknya selalu tertanam dalam diri seorang Tejo.
Hal yang sangat dia banggakan adalah membuat anaknya dalam jalur kesuksesan, siapa sangka, hanya dari berjualan otak-otak dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku perkuliahan. Sangat bangga rasanya, melihat anak pertamanya dapat masuk di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan menjadi lulusan terbaik Universitas Brawijaya, Malang jurusan IT dan sekarang bekerja di Bank Indonesia. Saat ini anak pertama Tejo sudah menikah dan memilki suami, meskipun anaknya sudah memilki keluarga kecil yang bahagia, anak pertama Tejo tidak melupakan jasa ayahnya, yang telah menyekolahkannya sampai sarjana. Tejo telah diajak oleh anaknya untuk tinggal bersama keluarga kecilnya di Tangerang, tetapi Tejo dengan lantang berkata tidak, karena Tejo takut jika kehadiran dirinya menggangu kebahagiaan keluarag kecil anaknya kelak. Tidak hanya itu, anak keduanya dapat mengikuti jejak kakanya yang juga masuk di salah satu univeritas negeri di Indonesia, tepatnya di Universitas Padjajaran, Kota Bandung jurusan Geofisika dengan predikat cumlaude. Saat ini, anak kedua Tejo telah bekerja di salah satu perusahaan migas terbesar di Indonesia, anak keduanya kita tinggal di wilayah Indonesia timur, tepatnya di provinsi Ambon. Anaknya bekerja dengan penuh semangat untuk selalu memberikan kehidupan yang layak bagi Tejo. Bahkan anak bungsunya dapat termotivasi oleh kaka-kakanya dengan dapat masuk Politeknik Negeri Bandung, Jurusan IT dan sampai saat ini masih menempuh Pendidikan disana.
Nikmat tuhan yang diberikan kepada Tejo melalui anak-anaknya yang sukses dan cerdas, membalas semua kesulitan Tejo di masa lampau. Kesuksesan anak-anaknya tidak terlepas dari cara Tejo mendidik anak-anaknya dengan disiplin dan tegas, membuahkan hasil yang maksimal. Peran Tejo sebagai ayah yang bertanggung jawab membuat dia yakin bahwa rezeki tidak hanya berupa harta, tetapi anak-anak yang soleh dan cerdas merupakan rezeki yang dikaruniai tuhan untuk dia. Anak-anak yang cerdas dan patuh terhadap orang tua, tidak terlepas dari bimbingan Tejo kepada semua anaknya, Tejo sangat berharap semua anaknya sukses dimasa yang akan datang, dan dapat membanggakan orang tuanya.
Pola asuh Tejo terhadap anak-anakanya, diterapkan pada agama yang dia percayai, Tejo selalu membangunkan semua anaknya tepat diwaktu subuh untuk sholat berjamaah, semua anaknya mendapat peran masing-masing di rumah, ada anak yang bertugas mencuci baju, ada anak yang bertugas untuk memasak, ada pula yang bertugas untuk membersihkan rumah, kehidupan yang disiplin tertanam dalam diri anak-anak Tejo. Keluarga Tejo menjadi keluarga yang harmonis meskipun tidak ada figure ibu didalamnya, tetapi dengan keyakinan dan tekat yang kuat, membuat mental semua anak-anaknya kuat.
Salah satu hal yang ditanamkan dalam diri anak-anaknya adalah bersedekah, sampai saat ini Tejo masih berkontribusi untuk masyarakat melalui anak yatim. Setiap bulannya Tejo menyisihkan rezeki yang dia dapat untuk memberikan sumbangan kepada anak-anak yatim. Hal tersebut menurut Tejo sangat berdampak pada kehidupannya hingga saat ini, segala kemudahan selalu terbuka, setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Karena tetap menurut dia, hidup hanyalah sementara, dan kehidupan yang kekal ada di akhirat sana.
Sekarang, Tejo sudah dapat menikmati hidup, karena anak pertama dan keduanya sudah bekerja dan dapat bertanggung jawab bagi dirinya sendiri, tersisa anak bungsunya yang sedang menempuh pendidikan, dengan kehidupan sekarang, yang dirasa Tejo sudah cukup tenang, ada cita-citanya yang ingin dicapai dalam waktu dekat, selepas anak bungsunya lulus nanti dari bangku perkuliahan, Tejo ingin kembali ke kampung halamannya di Tegal, dia ingin kembali ke kampung halamannya sebab ingin menikmati hidup dan lebih fokus kepada ibadah. Tegal juga merupakan tempat semua keluarga besarnya tinggal, maka dirasa perlu menurut Tejo untuk kembali ke kampung halaman dan mengenang masa kecilnya dulu.
Terlepas dari pindah ke kampung halamannya dan menetap disana, cita-cita Tejo yang belum terlaksana adalah pergi ibadah haji, dia ingin pergi ibadah haji karena ingin menyempurnakan agamanya, kerja keras yang sampai saat ini dia lakukan semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT. Ibadah haji merupakan keinginan setiap orang yang beragama islam, maka dari itu Tejo pun ingin pergi ibadah Haji karena dia ingin memantapkan agamanya dan menyempurnakannya.
Meskipun Tejo hanyalah seorang penjual otak-otak, dia menjadi “ayah” bagi anak-anak sekolah yang menjadi pembeli otak-otaknya. Dia sudah menganggap anak sendiri pada anak-anak sekolah yang membeli jajanannya. Dia selalu berpesan pada mereka untuk selalu hidup jujur, rajin, dan kreatif, serta tidak melupakan untuk meminta doa dan restu dari orang tua, karena menurutnya ridho Allah tergangtung dengan Ridho kedua orang tua. Hidup jujur merupakan kunci utama dalam berkehidupan, sebab orang jujur akan selalu dipercaya dan mendapatkan ketenangan hati menurut Tejo. Tejo berpesan untuk selalu rajin, karena seseorang yang rajin akan disiplin. Begitupun sebaliknya, seseorang yang disiplin akan hidup rajin. Karena menurutnya, kedispilinan akan memudahan kita dalam berkehidupan, kedispilinan juga akan membuat kita hidup teratur dan jauh dari pergaulan yang menyimpang yang ada di zaman sekarang.
Tejo tidak hanya berpesan pada anak-anak zaman sekarang, dia juga berpesan kepada semua orang tua di luar sana untuk selalu mengingatkan anak-anaknya tentang pentingnya mengenal agama, karena dengan modal keagamaan yang ada, membuat anak bisa mengetahui yang baik dan yang buruk. Menanamkan kedisiplinan juga membuat hidup semakin terarah, bagi orang tua diluar sana, Tejo berpesan untuk selalu mendukung apa yang anak inginkan dan anak sukai, sebab tidak semua anak cerdas dalam kemampuan akademik saja, ada juga beberapa anak yang lebih cerdas pada bidang lain, tugas orang tua hanya mendukung dan mengarahkan anak kepada tujuan yang menurutnya baik dan berkah. Begitulah kisah hidup Tejo, seorang pedagang otak-otak yang mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai sarjana di univeritas-universitas terbaik yang ada di Indonesia. Banyak hal yang dapat kita ambil dari kisah Tejo. Semoga kisah ini menjadi inspirasi semua orang tentang pentingnya semangat hidup dan mensyukuri apa yang sudah diberikan tuhan yang maha kuasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H