Mohon tunggu...
laurent apriilliap
laurent apriilliap Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya merupakan seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dari Gerobak Otak-Otak Sampai Menemani Kesuksesan Anak

7 Desember 2024   02:19 Diperbarui: 7 Desember 2024   02:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Narasumber (sumber : dokumentasi pribadi, 2024)

Mempunyai istri dan 3 orang anak yang perlu diberi nafkah, tentunya menuntut Tejo untuk lebih kerja keras dalam menjalani hidup dan tanggung jawabnya. Tahun 1992, Tejo mengajak seluruh anggota keluarganya untuk pindah ke Kota Bandung, karena dia berpikir saat itu hidup di Kota Metropolitan sangat mahal. Sejak pindah ke Bandung, Tejo sudah menetap di Jalan Cicadas, semua anaknya dia sekolahkan di sekolah-sekolah yang dekat dari tempat dia tinggal, karena saat itu Tejo dan keluarga tidak memiliki kendaraan yang cukup untuk menampung semua anggota keluarganya. Anak-anak Tejo dididik dari kecil untuk disiplin, baik itu disiplin waktu, istirahat, dan beribadah.

Sejak pagi buta, Tejo sudah beraktifitas untuk mencari nafkah, dia memulai dengan sholat subuh dan tidak lupa mengajak semua anak-anaknya serta istrinya untuk solat berjamaah, hal tersebut sudah dilakukan Tejo sebelum memiliki keluarga kecilnya. Tejo selalu menanamkan agama pada anak-anaknya sejak dini, sehingga dapat menjadi anak-anak yang sholeh yang dapat mendoakan kedua orang tuanya.

Selepas pulang dari pasar, pagi-pagi Tejo mengantarkan anaknya untuk bersekolah, sebagai seorang ayah, dirasa perlu untuk mengantarkan anak-anaknya pergi sekolah, setelah semua tugas rumahnya selesai, Tejo mulai berjualan dengan mendorong gerobak otak-otaknya sampai gerbang sekolah-sekolah, sambil menunggu istirahat anak-anak sekolah, Tejo mempersiapkan dagangannya.

Sejak tahun 2002 Tejo mulai berjualan otak-otak, dimulai dari gerobak yang dia dorong dari sekolah ke sekolah, hingga akhirnya dia menetap untuk berjualan di jalan Sumatra. Saat itu tahun 2002 pendapatan tejo yang tidak menentu dan bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tidak mematahkan semangat seorang ayah yang ingin menyekolahkan semua anaknya hingga menjadi anak yang sukses. Setiap hari, rezeki yang dia dapat dari berjualan otak-otak, dia sisihkan untuk bersedekah, karena menurutnya sedekah merupakan pembuka pintu rezeki. Tetapi, ada suatu momen yang cukup membuat tejo terpukul karena kondisi perekonomiannya saat itu. Hingga istri yang dia cintai meninggalkan anak-anaknya juga Tejo seorang diri.

Dengan penuh semangat dan terus berdoa, Tejo mulai bangkit kembali, hanya semangat anak-anaknya yang dapat memacu Tejo menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab, apalagi melihat semua anak-anaknya berprestasi dalam bidang akademik. Anak-anaknya selalu mendapatkan peringkat ke-1 sejak sekolah dasar, padahal anak-anaknya tidak Tejo masukan ke bimbingan belajar yang anak-anak lain dapatkan dari fasilitas orang tuanya. Anak-anaknya tidak menuntut Tejo untuk meberikan bekal uang saku yang banyak, mereka mengerti keadaan ekonomi keluarganya, mereka didik juga untuk hidup hemat, anak-anak Tejo selalu membeli apa yang mereka butuhkan, bukan yang mereka inginkan. Hal tersebut terjadi karena didikan seorang Tejo kepada anak-anaknya. Hal yang dia rasakan saat kecil tidak ingin terulang oleh anak-anaknya saat ini. Meskipun seorang diri mengurus semua anaknya bukan perkara yang mudah, Tejo perlu menjadi ibu bagi anak-anaknya juga. Setiap hari harapan akan kesuksesan anaknya selalu tertanam dalam diri seorang Tejo.

Hal yang sangat dia banggakan adalah membuat anaknya dalam jalur kesuksesan, siapa sangka, hanya dari berjualan otak-otak dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku perkuliahan. Sangat bangga rasanya, melihat anak pertamanya dapat masuk di salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan menjadi lulusan terbaik Universitas Brawijaya, Malang jurusan IT dan sekarang bekerja di Bank Indonesia. Saat ini anak pertama Tejo sudah menikah dan memilki suami, meskipun anaknya sudah memilki keluarga kecil yang bahagia, anak pertama Tejo tidak melupakan jasa ayahnya, yang telah menyekolahkannya sampai sarjana. Tejo telah diajak oleh anaknya untuk tinggal bersama keluarga kecilnya di Tangerang, tetapi Tejo dengan lantang berkata tidak, karena Tejo takut jika kehadiran dirinya menggangu kebahagiaan keluarag kecil anaknya kelak. Tidak hanya itu, anak keduanya dapat mengikuti jejak kakanya yang juga masuk di salah satu univeritas negeri di Indonesia, tepatnya di Universitas Padjajaran, Kota Bandung jurusan Geofisika dengan predikat cumlaude. Saat ini, anak kedua Tejo telah bekerja di salah satu perusahaan migas terbesar di Indonesia, anak keduanya kita tinggal di wilayah Indonesia timur, tepatnya di provinsi Ambon. Anaknya bekerja dengan penuh semangat untuk selalu memberikan kehidupan yang layak bagi Tejo. Bahkan anak bungsunya dapat termotivasi oleh kaka-kakanya dengan dapat masuk Politeknik Negeri Bandung, Jurusan IT dan sampai saat ini masih menempuh Pendidikan disana.

Nikmat tuhan yang diberikan kepada Tejo melalui anak-anaknya yang sukses dan cerdas, membalas semua kesulitan Tejo di masa lampau. Kesuksesan anak-anaknya tidak terlepas dari cara Tejo mendidik anak-anaknya dengan disiplin dan tegas, membuahkan hasil yang maksimal. Peran Tejo sebagai ayah yang bertanggung jawab membuat dia yakin bahwa rezeki tidak hanya berupa harta, tetapi anak-anak yang soleh dan cerdas merupakan rezeki yang dikaruniai tuhan untuk dia. Anak-anak yang cerdas dan patuh terhadap orang tua, tidak terlepas dari bimbingan Tejo kepada semua anaknya, Tejo sangat berharap semua anaknya sukses dimasa yang akan datang, dan dapat membanggakan orang tuanya.

Pola asuh Tejo terhadap anak-anakanya, diterapkan pada agama yang dia percayai, Tejo selalu membangunkan semua anaknya tepat diwaktu subuh untuk sholat berjamaah, semua anaknya mendapat peran masing-masing di rumah, ada anak yang bertugas mencuci baju, ada anak yang bertugas untuk memasak, ada pula yang bertugas untuk membersihkan rumah, kehidupan yang disiplin tertanam dalam diri anak-anak Tejo. Keluarga Tejo menjadi keluarga yang harmonis meskipun tidak ada figure ibu didalamnya, tetapi dengan keyakinan dan tekat yang kuat, membuat mental semua anak-anaknya kuat.

Salah satu hal yang ditanamkan dalam diri anak-anaknya adalah bersedekah, sampai saat ini Tejo masih berkontribusi untuk masyarakat melalui anak yatim. Setiap bulannya Tejo menyisihkan rezeki yang dia dapat untuk memberikan sumbangan kepada anak-anak yatim. Hal tersebut menurut Tejo sangat berdampak pada kehidupannya hingga saat ini, segala kemudahan selalu terbuka, setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Karena tetap menurut dia, hidup hanyalah sementara, dan kehidupan yang kekal ada di akhirat sana.

Sekarang, Tejo sudah dapat menikmati hidup, karena anak pertama dan keduanya sudah bekerja dan dapat bertanggung jawab bagi dirinya sendiri, tersisa anak bungsunya yang sedang menempuh pendidikan, dengan kehidupan sekarang, yang dirasa Tejo sudah cukup  tenang, ada cita-citanya yang ingin dicapai dalam waktu dekat, selepas anak bungsunya lulus nanti dari bangku perkuliahan, Tejo ingin kembali ke kampung halamannya di Tegal, dia ingin kembali ke kampung halamannya sebab ingin menikmati hidup dan lebih fokus kepada ibadah. Tegal juga merupakan tempat semua keluarga besarnya tinggal, maka dirasa perlu menurut Tejo untuk kembali ke kampung halaman dan mengenang masa kecilnya dulu.

Terlepas dari pindah ke kampung halamannya dan menetap disana, cita-cita Tejo yang belum terlaksana adalah pergi ibadah haji, dia ingin pergi ibadah haji karena ingin menyempurnakan agamanya, kerja keras yang sampai saat ini dia lakukan semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah SWT. Ibadah haji merupakan keinginan setiap orang yang beragama islam, maka dari itu Tejo pun ingin pergi ibadah Haji karena dia ingin memantapkan agamanya dan menyempurnakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun