Mohon tunggu...
laurensius lara
laurensius lara Mohon Tunggu... Supir - Penikmat Senja.

Sukses itu soal waktu, bermainlah dengan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrat Meradang, Anies Dituding Berkhianat

2 September 2023   11:29 Diperbarui: 2 September 2023   11:35 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ada kawan dan tak ada lawan yang abadi di dalam politik. Apa yang terjadi dengan koalisi Perubahan dimana di dalamnya ada Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai PKS tampaknya mengalami perbedaan haluan politik khususnya pada Pemilihan Presiden 2024.

Partai Demokrat merasa dihianati oleh Anies Baswedan, soal Bakal Calon Wakil Presiden dari Koalisi Perubahan, dimana Partai Demokrat mengajukan nama Agus Harimurti Yudoyono Ketua Umum Partai Demokrat sebagai Wakil dari Anies Baswedan. Faktanya dua Partai Koalisi Perubahan yaitu Partai Nasdem dan Partai PKS tanpaknya tak menyetujui dan lebih merestui Cak Imin Ketua Umum Partai PKB sebagai Bakal Calon Wakil Presiden dari Anies Baswedan dan segera akan melakukan deklarasi.

Wacana menduetkan Anies Baswedan dan Cak Imin membuat Partai Demokrat meradang dan menuding Anies Baswedan berhianat terhadap Partai Demokrat. Akibatnya Partai Demokrat mencabut dukungannya Kepada Anies Baswedan dalam Pemilihan Presiden di 2024. Hal itu terkonfirmasi dari peryataan Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng, bahwa Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Anies Baswedan di Pilpres 2024 dan keluar dari Koalisi Perubahan.

Dalam perkembangan politik di Indonesia tarik ulur dukungan, gonta dan ganti figur yang diusung adalah hal yang lumrah dan sering terjadi lakukan. Kita ingat dengan peristiwa yang dialami oleh Mahfud MD, Pemilihan Presiden tahun 2019 yang lalu. Dimana figur Mahfud MD, awalnya sudah sah dan disetujui oleh partai politik pengusung sebagai Calon Wakil Presiden dari Jokowi, dan satu hari menjelang pendaftaran mengalami perubahan dan diganti oleh Maaruf Amin. Sehingga dalam politik di Indonesia bukanlah hal yang baru, seperti yang terjadi di Partai Demokrat.

Apakah Anies Baswedan Berhianat.

Melihat perkembangan dan realitas politik dan prinsip-prinsip dalam upaya mencapai kekuasaan, khsusnya di Indonesia, apa yang dilakukan oleh Anies Baswedan dan partai pengusungnya dalam politik di Indonesia adalah hal yang sering dilakukan. Hal itu terjadi karena politik di Indonesia sifatnya dinamis tidak absolut, bergantung pada kepentingan dan kesepakatan.

Dalam perjalanan politik Anies Baswedan perlu kita melihat kebelakang sebentar, bagaimana awal mula politiknya di mulai. Pada tahun 2013 Anies Baswedan pernah berhubungan dengan Partai Demokrat yaitu ikut dalam konvensi Capres Demokrat, dan pada tahun 2014 Anies Baswedan bergabung dengan Jokowi dan sebagai juru bicara pemenangan Jokowi. 

Pada tahun 2016 Anies Baswedan bergabung dengan Prabowo Subianto sehingga mendapat dukungan dari Prabowo Subianto untuk maju sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta dan terpilih. Terakhir pada tahun 2022 setelah selesai sebagai Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan bergabung bersama Surya Paloh, sehingga mendapat restu dan dukungan dari Partai Nasdem sebagai Bakal Calon Presiden di 2024.

APA PENYEBAB DASARNYA.

Dalam politik hal utama yang ingin dicapai oleh pelaku politik adalah kekuasaan. Untuk mencapai kekuasaan partai politik perlu melakukan pertimbangan-pertimbangan diantaranya kekuatan sosok figur yang di usung, dan tentu saja financial serta basis pendukung. Apa yang terjadi dengan Partai Demokrat bukanlah hal yang mengejutkan. Karena pada prinsipnya kekuasaan harus dipahami dari beberapa prespektif khususnya dengan peristiwa yang terjadi dengan Partai Demokrat.

Pertama harus dipahami untuk mencapai kekuasaan perlunya persetujuan. Apa artinya itu, persetujuan yang dimaksud ialah persetujuan oleh partai koalisi tentunya, adanya kesepakatan antar partai politik yang berkoalisi.

Kedua dalam upaya mencapai kekuasaan tentunya partai politik sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan akan memperhitungkan pertarungan kekuatan politik. Artinya partai politik akan memperhitungkan selain figur dan sosok, tentunya Financial setiap partai politik yang bertarung.

Ketiga dalam upaya mencapai kekuasaan perlu adanya legitimasi yang pada dasarnya legitimasi adalah upaya untuk menarik dukungan dan persetujuan dari sebanyak mungkin anggota masyarakat ataupun pendukung.

Sehingga pada dasarnya dalam perpolitikan di Indonesia tidak ada yang berhianat dan tidak ada yang terhianati. Peristiwa politik selalu mengalami perubahan, tarik ulur dukungan, dan sifatnya dinamis.

Apakah politik kita tidak konsisten.

Dalam perkembangan politik di Indonesia pada saat ini, selalu bersifat cair, artinya dinamika-dinamika yang dilakukan oleh elit politik atau ketua umum partai politik masih sangat dinamis. Perubahan dalam koalisi tentu akan selalu mengalami pergolakan bergantung pada kepentingan semua partai yang berkoalisi.

Ada istilah yang sering di pakai oleh pelaku politik kita yaitu "Ojo Kesusu", tak usah buru-buru, artinya penanda bahwa keputusan politik yang dilakukan oleh elit politik kita belum tentu final. Tarik ulur kepentingan adalah penyebab utama itu terjadi, dan elit politik selalu menampilkan ketidakpastian di belakang publik, berbeda dengan citra yang dibangun di ruang publik.

Elit politik kita cenderung dalam membangun koalisi selalu memperhitungkan soal menang dan kalah. Sehingga didalam membangun koalisi di partai politik tidak lagi memperhatikan kesaamaan dan kedekatan ideologis partai, tetapi berdasarkan peluang menang dan kalah dalam pertempuran.

Nilai-nilai ideologis yang dianut oleh partai politik, tampaknya hal yang kecil, bahkan kurang diperhatikan lagi di era politik modern hari ini. Sehingga dalam politik kita bukan politiknya yang tidak konsisten, tetapi aktor politiknya yang tidak konsisten. Nilai dan ideologi yang dianut oleh partai politik, bukan lagi menjadi dasar untuk terjadinya atau terbentuknya sebuah koalisi partai politik, melainkan ada hal yang lebih praktis dari sekedar nilai dan ideologi partai politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun