Pertama harus dipahami untuk mencapai kekuasaan perlunya persetujuan. Apa artinya itu, persetujuan yang dimaksud ialah persetujuan oleh partai koalisi tentunya, adanya kesepakatan antar partai politik yang berkoalisi.
Kedua dalam upaya mencapai kekuasaan tentunya partai politik sebagai alat politik untuk mencapai kekuasaan akan memperhitungkan pertarungan kekuatan politik. Artinya partai politik akan memperhitungkan selain figur dan sosok, tentunya Financial setiap partai politik yang bertarung.
Ketiga dalam upaya mencapai kekuasaan perlu adanya legitimasi yang pada dasarnya legitimasi adalah upaya untuk menarik dukungan dan persetujuan dari sebanyak mungkin anggota masyarakat ataupun pendukung.
Sehingga pada dasarnya dalam perpolitikan di Indonesia tidak ada yang berhianat dan tidak ada yang terhianati. Peristiwa politik selalu mengalami perubahan, tarik ulur dukungan, dan sifatnya dinamis.
Apakah politik kita tidak konsisten.
Dalam perkembangan politik di Indonesia pada saat ini, selalu bersifat cair, artinya dinamika-dinamika yang dilakukan oleh elit politik atau ketua umum partai politik masih sangat dinamis. Perubahan dalam koalisi tentu akan selalu mengalami pergolakan bergantung pada kepentingan semua partai yang berkoalisi.
Ada istilah yang sering di pakai oleh pelaku politik kita yaitu "Ojo Kesusu", tak usah buru-buru, artinya penanda bahwa keputusan politik yang dilakukan oleh elit politik kita belum tentu final. Tarik ulur kepentingan adalah penyebab utama itu terjadi, dan elit politik selalu menampilkan ketidakpastian di belakang publik, berbeda dengan citra yang dibangun di ruang publik.
Elit politik kita cenderung dalam membangun koalisi selalu memperhitungkan soal menang dan kalah. Sehingga didalam membangun koalisi di partai politik tidak lagi memperhatikan kesaamaan dan kedekatan ideologis partai, tetapi berdasarkan peluang menang dan kalah dalam pertempuran.
Nilai-nilai ideologis yang dianut oleh partai politik, tampaknya hal yang kecil, bahkan kurang diperhatikan lagi di era politik modern hari ini. Sehingga dalam politik kita bukan politiknya yang tidak konsisten, tetapi aktor politiknya yang tidak konsisten. Nilai dan ideologi yang dianut oleh partai politik, bukan lagi menjadi dasar untuk terjadinya atau terbentuknya sebuah koalisi partai politik, melainkan ada hal yang lebih praktis dari sekedar nilai dan ideologi partai politik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H