Mohon tunggu...
Laurensia Aptik
Laurensia Aptik Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Belajar bersama membangun keluarga yang sehat jiwa raga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Menstimulasi Kemampuan Regulasi pada Anak Usia Dini?

17 Juni 2023   19:20 Diperbarui: 17 Juni 2023   19:44 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Regulasi diri atau disebut juga self-regulation merupakan suatu kemampuan yang membantu seseorang untuk dapat mengatur pikiran atau perilaku terhadap situasi yang dihadapi maupun aturan sosial (Claussen et al., 2021). Kemampuan regulasi berkaitan erat dengan pencapaian akademik, bahkan keberhasilan menyelesaikan pendidikan tingkat perguruan tinggi (McClelland et al., 2017). Hal ini menandakan bahwa anak yang memiliki kemampuan regulasi akan dapat mengatur perasaan dan perilakunya untuk mendukung dalam belajar, seperti mempertahankan perhatian pada tugas ketika ada hal-hal yang bisa mengganggu penyelesaian tugas. 

Anak-anak yang di masa prasekolah belajar untuk meregulasi atau mengelola diri dikatakan kemungkinan untuk tidak bekerja, menunjukkan perilaku agresif dan kriminal, permasalahan kesehatan mental (seperti depresi dan kecemasan), obesitas, merokok, minum minuman beralkohol, maupun menunjukkan gejala gangguan fisik saat dewasa lebih rendah dibanding orang dewasa yang ketika usia prasekolah kurang berlatih meregulasi diri (Robson et al., 2020). Dari penelitian ini, kita dapat mengetahui bahwa regulasi diri berperan penting tidak hanya dalam hal akademik, namun juga keberhasilan dalam hidup sehari-hari.

Penelitian terdahulu dari review yang dilakukan oleh Robson et al. (2020) menunjukkan peran penting dari regulasi diri, namun permasalahan regulasi masih nampak pada anak. Survei terhadap 50.212 responden di Amerika menunjukkan bahwa sebanyak 3% anak memiliki resiko permasalah regulasi diri dan 18,7% memerlukan dukungan untuk dapat memiliki kemampuan regulasi (Ghandour et al., 2019). 

Ini menandakan bahwa terdapat sejumlah anak yang masih memerlukan pendampingan untuk dapat memiliki kemampuan regulasi. Hingga saat ini, belum ada survei berskala nasional yang dilakukan di Indonesia untuk memberikan gambaran tentang aspek-aspek perkembangan dan permasalahannya pada anak sehingga belum ada gambaran tentang kemampuan regulasi pada anak.

Anak-anak masih memerlukan pendampingan yang sesuai untuk dapat memiliki kemampuan regulasi. Rosanbalm dan Murray (2017)menjelaskan cara-cara yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih kemampuan regulasi pada anak usia dini:

  • Menyediakan hubungan yang hangat dan responsif

Hubungan antara orang tua dan anak yang memberikan kesempatan bagi anak untuk merasa dihargai dan didukung saat anak merasakan situasi yang tidak nyaman, serta membuat anak merasa nyaman dan yakin bahwa anak akan tetap diterima apapun situasinya. Bentuk hubungan yang positif semacam ini membentuk harga diri anak dan membantu anak merasa aman untuk belajar keterampilan baru yang mungkin belajar juga dari kesalahan yang dilakukan.

  • Menyiapkan lingkungan yang terstruktur

Lingkungan yang disiapkan untuk mendukung rasa aman secara fisik maupun emosi dapat membantu anak dapat mendukung anak ketika menghadapi tekanan dari lingkungan. Anak yang merasa aman akan memiliki keyakinan untuk belajar sesuai dengan tahapan perkembangan saat ini. Rutinitas harian  dan penyampaian harapan/tujuan yang jelas menjadi salah satu cara melatih kemampuan regulasi pada anak.

  • Melatih keterampilan regulasi diri

Orang tua sebagai model bagi anak perlu memberikan contoh saat meregulasi diri, sebagai contoh saat orang tua ingin marah kepada anak tidak langsung berteriak, namun menarik nafas dan menyampaikan perasaan dengan nada bicara yang tenang. Kegiatan dengan instruksi yang jelas dapat membantu anak melakukan tugas sesuai dengan harapan/tujuan kegiatan dan kemudian mendapatkan perkuatan berupa pujian atau tepuk tangan atau poin memberikan kesempatan anak rasa berhasil melakukan sesuatu. Ketika anak melakukan suatu tugas sesuai instruksi dan masih belum berhasil, orang tua dapat memberikan bantuan sedikit demi sedikit supaya anak dapat mencapai atau berhasil dengan kemampuannya.  

Cara-cara tersebut jika dilakukan secara konsisten diharapkan dapat melatih kemampuan regulasi pada anak. Anak yang memiliki keterampilan regulasi di usia bayi mampu mengalihkan perhatian dan menenangkan diri dengan menghisap jari atau dot untuk menghilangkan perasaan yang tidak nyaman. Di usia balita, kemampuan regulasi nampak dari kemampuan mempertahankan perhatian dalam waktu singkat, menyesuaikan perilaku untuk menyelesaikan tugas, mengenali nama-nama perasaan, belajar menunda respon, dan meminta bantuan orang dewasa saat merasakan perasaan yang kuat, seperti saat anak sedih ingin memeluk ibu atau ayah. 

Anak usia prasekolah mulai mampu mengenali perasaan diri sendiri maupun orang lain (seperti melihat orang menangis kemudian berpikir bahwa orang tersebut sedang sedih), menemukan solusi dari masalah sederhana, belajar untuk menenangkan diri dengan menarik nafas, tetap mempertahankan perhatian saat menghadapi tugas yang sulit dan rentang perhatian semakin meningkat, serta belajar memahami situasi yang dihadapi orang lain (Rosanbalm & Murray, 2017).

Tiga cara melatih kemampuan regulasi yang telah disebutkan dapat dilakukan oleh orang tua sesuai dengan tingkat usia anak dan memperhatikan kemampuan regulasi yang perlu dicapai di setiap tahap perkembangan. Latihan perlu dilakukan secara konsisten oleh kedua orang tua maupun anggota keluarga di rumah. Keterampilan parenting sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya pengaturan perilaku yang positif dan komunikasi yang positif dengan anak maupun seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, orang tua perlu terus belajar untuk menemukan cara yang sesuai dengan karakteristik anak dan situasi keluarga untuk membantu anak berlatih meregulasi diri.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun