Mohon tunggu...
Laurensia Angelyn
Laurensia Angelyn Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Awam

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Kritik Sastra Objektif Pada Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer

26 Februari 2022   04:22 Diperbarui: 26 Februari 2022   05:01 7132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDEKATAN KRITIK SASTRA  OBJEKTIF PADA NOVEL JEJAK LANGKAH KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering menceritakan sebuah kisah, dalam sudut pandang orang ketiga maupun orang pertama, dengan plot dan melalui penggunaan berbagai perangkat sastra yang terkait dengan waktu mereka. Karya sastra digunakan tidak hanya sebagai bahan untuk dikaji tetapi juga sebagai karya yang bisa dinikmati oleh para pembaca. Karya sastra dapat dikaji dengan beberapa metode atau pendekatan yaitu secara mimetik, ekspresif, pragmatik, dan objektif. Dari beberapa jenis kajian kritik sastra tersebut, dalam penelitian kali ini digunakan kritik sastra objektif terhadap sebuah novel yang berjudul Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer.

Kritik sastra objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Diperjelas oleh Hasanudin (Abidin 2010: 75) “pendekatan objektif merupakan pendekatan yang mengutamakan penyelidikan karya sastra berdasarkan kenyataan teks sastra itu sendiri”. Artinya, dalam kritik sastra objektif tidak mementingkan unsur ekstrinsik seperti latar belakang penulis, ide cerita, nilai hidup, dan lain - lain. Tetapi terfokus kepada analisis karya secara objektif sesuai dengan unsur intrinsik. Unsur intrinsik yang dibahas didalamnya adalah tema, amanat, tokoh serta penokohan, alur, latar, dan gaya bahasa.  Tujuan dari analisis ini adalah memaparkan keterkaitan dari berbagai aspek secara bersama - sama untuk membentuk wacana.

Novel Jejak Langkah mengisahkan tentang seorang tokoh bernama Minke dengan latar belakang zaman kolonial Belanda. Minke digunakan oleh Pramoedya untuk menjelaskan bagaimana kehidupan seseorang bisa berubah 90 derajat dari cita - citanya demi memajukan kehidupan bangsa Indonesia dan kaum pribumi di Batavia. Di dalam novel ini diperlihatkan secara jelas evolusi Minke dari remaja hingga dewasa menjadi kritis, inspiratif, dan vokal. Minke adalah seorang pelajar Indonesia yang mengejar cita - citanya untuk bisa menjadi seorang dokter di Batavia. Dalam perjalanan studinya, banyak kesulitan yang dihadapi namun, ada hal indah pula yang ditemuinya. Yaitu seorang kekasih, Ang San Mei yang nantinya akan membantu Minke untuk membuka cara pandangnya mengenai hidup.

PEMBAHASAN

SINOPSIS NOVEL JEJAK LANGKAH KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Novel Jejak Langkah memperkenalkan seorang tokoh pribumi yang disebut bergaya Eropa dikarenakan pakaian dan gayanya yang selalu ke barat - baratan yaitu Minke. Seorang pemuda lulusan Hoogere Burger School (HBS) atau singkatnya sekolah menengah umum. Gaya dan wibawanya itu menjadi salah satu faktor mengapa ia mampu memperistri seorang gadis bunga desa. Nyai Ontosoroh, ibunda sang gadis lah yang dikemudian hari membiayai Minke untuk pergi ke ibu kota.

Setelah Annelies Mellema pergi untuk selama - lamanya, Minke pergi ke daerah orang Betawi untuk memulai perjalanan studinya di STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau singkatnya sekolah kedokteran khusus orang pribumi. Sayang, kehidupan asrama dengan banyaknya peraturan mengekang jiwa kebebasan seorang Minke. Dengan kehidupan jurnalistik dan organisasi, harapannya untuk menjadi seorang dokter kini pupus. Minke kembali terfokus kepada penindasan oleh kaum Eropa atau kulit putih kepada orang pribumi.

Walaupun gagal, setidaknya ia berhasil menemukan tambatan hatinya, Ang San Mei. Seorang gadis Tionghoa yang berkecimpung di bidang organisasi guna mengabdikan dirinya untuk mempersatukan kaum Tionghoa di Hindia Belanda yang pada akhirnya  ia peristri. Jiwa Minke yang sempat memadam kembali membara sehingga perjuangannya untuk melakukan revolusi di Hindia Belanda pun dimulai. Namun sayang, tak lama dari itu gadis Tionghoa yang sudah diperistri untuk kedua kalinya harus pergi dari hadapan Minke karena sakit keras. Dengan harapan sang istri, Minke mulai mengabdikan diri dengan perlahan mendirikan organisasi bagi kaum pribumi untuk memajukan kehidupan mereka. Dari, Syarikat Priyayi yang gagal lalu muncullah Syarikat Dagang Islamiyah yang kemudian berhasil besar karena bantuan koran Medan. Tetapi sekali lagi digulingkan akibat tuduhan menunggak pada bank. Pada akhirnya Minke, aset, dan ketidak beruntungannya ini diasingkan ke wilayah timur Jawa.

Tidak sepenuhnya gagal, kehadiran seorang Minke membuat pemerintahan kolonial Belanda murka karena rakyat pribumi dianggap menjadi sosok yang lebih cerdas dengan munculnya organisasi tersebut. Wajahnya dicari dimana - mana oleh Belanda karena  Jurnalistik menjadi alat perlawanannya terhadap bangsa Eropa dan ternyata membuahkan hasil. Ditengah keberhasilannya ini, sekali lagi Minke kembali memperistri wanita pribumi Princess yang menjadi istri terakhirnya. Minke menjadi gambaran seorang pahlawan dengan perjuangan luar biasa.

ANALISIS OBJEKTIF PADA NOVEL JEJAK LANGKAH KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Tema Novel
Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer bertemakan tentang perjalanan hidup seorang mahasiswa muda. Dengan segala rintangan dan kegagalan yang dialami, Minke tetap membuat perubahan dan dianggap sebagai seorang pahlawan yang mampu membawa Indonesia terutama rakyat pribumi menjadi lebih baik lagi. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Pengalaman - pengalaman masa silam, kau pun tak terkecuali, selamat tinggal”, “Seorang pribumi mengantarkan aku masuk kedalam asrama”, “Segala kesan dan pengalaman dalam sehari ini belum lagi sempat dipikirkan kembali apalagi diendapkan”.

Tokoh dan Penokohan
Setelah membaca novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer, dapat disimpulkan terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam cerita ini adalah Minke. Dan tokoh tambahan yaitu Partotenejo, Ang San Mei, Bupa, Princess, Jenderal Van Heutsz, Tuan Van Kollewijn, Piah, Marko, dan Sandiman. Penokohan yang akan dibahas dalam analisis karya objektif ini adalah kepada tokoh utama dan juga seorang tokoh tambahan yang dominan yaitu Partotenejo. Minke memiliki sifat berani, pintar, ambisius, dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Hanya karena nilai baik dalam ijazah tuan saja keterlambatan masih dimaafkan”, “Maka kaki terasa telah menghajar rahangnya”, “Kau juga suka mengganggu Partokleooo? Gangguan pada pada dia harus berhenti mulai sekarang”, “Aku tidak menyukai pada siapa saja yang mempermain - mainkan”, “Berbakat, berpribadi. Bila orang tak bertemu dengan penulisnya sendiri seperti ini, bisa jadi orang akan menyangka tulisan Eropa atau Amerika dalam terjemahan Belanda, dengan mengambil warna setempat Hindia”. Sementara Partotenejo teman dari Minke memiliki sifat yang lemah, penakut, dan mau membantu. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Mereka juga suka ganggu kau?, Tak tertahankan, kataku”, “Seorang siswa berperawakan kecil kurus datang, memasukkan lukisan itu kembali dalam sampulnya”, “ia pandangi aku seperti mengharapkan perlindungan yang amat sangat, kata Minke”.

Plot/ Alur
Alur dalam novel Jejak Langkah sangat jelas yaitu menggunakan alur maju. Karena memiliki klimaks di tengah cerita dan peristiwa yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir. Berawal dari perkenalan tokoh Minke, perjalanannya ke Batavia, proses studinya, permasalahan di dalam studinya, keaktifan Minke dalam masyarakat terutama mahasiswa muda, keikutsertaanya sebagai seorang jurnalis yang bertujuan untuk bisa memperjuangkan hak - hak manusia pribumi serta sebagai alat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.

Latar/ setting
Terdapat beberapa latar yang digunakan dalam novel ini yaitu latar tempat, waktu, suasana, dan sosial. Latar tempat yang digunakan adalah trem kereta, Betawi/Batavia, stasiun Gambir, asrama. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Seorang pribumi mengantarkan aku masuk kedalam asrama”, “Dengan hati, badan, jiwa sepenuhnya bebas begini, aku duduk di pojokan trem”, “Memasuki alam Betawi”, “Trem telah meninggalkan Betawi Kotta, memasuki daerah hutan dan rawa - rawa, menuju ke Gambir”. Latar waktu dalam novel ini adalah pada awal abad ke 20, dan zaman kolonialisme Belanda. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Memasuki abad 20”, “Kalau rodi diperhitungkan sebagai pengganti pajak”, “Sekiranya, Yang Terhormat, sepuluh juta penduduk Pribumi terkena rodi”. Latar suasana yang ada dalam novel adalah tegang. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Tuan - tuan, teriakku murka”, “Dan mata menantang mereka”,” Jangan coba - coba sekasar itu padaku, tentangku dalam hati”. Latar sosial dalam novel adalah gaya Eropa dan pribumi. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Selamat tinggal kau pakaian Eropa !”, “Sebagai ganti topi vilt kini muncul destar, yang aku sudah tak terbiasa lagi selama tahun - tahun belakangan ini”, “Mungkin memang peranakan Eropa”, “Satria Jawa dengan ikat pinggang dan destar tok!”, “Anak Indo berpakaian Eropa itu tak tampak”.

Sudut Pandang
Dalam novel ini, digunakan sudut pandang orang pertama yaitu serba tahu, karena terdapat si aku yang mengetahui keseluruhan isi cerita dan seperti menceritakan kisah hidup pribadi nya. Sehingga para pembaca juga jadi bisa menempatkan diri sebagai tokoh aku. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Aku tak banyak tahu tentang Dewi ini, kecuali kebesaran namanya”, “Aku yang semestinya menyebutkan saham - saham itu”, “Makin lama aku makin tak mengerti, “Temanku wartawan De Locomotief meninggalkan aku, berlari - larian keluar, ikut menyambut”, dan “Pandangannya seakan memberi perintah juga pada ku untuk memberikan hormat yang dianggapnya telah menjadi haknya”.

Gaya Bahasa
Dalam novel Jejak Langkah menggunakan gaya bahasa hiperbola, perumpamaan, dan litotes. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Darahku tersirap melihat lukisan tercinta itu terjamah orang tanpa seijin ku”, “Belandanya buruk amat dengan lidah Jawa tulen, dengan tekanan yang keliru dan berlebih - lebihan”, “Setiap detik yang mati bisa mematikan keseluruhan”, “Temanku itu nampaknya arif juga akan ketidaktahuanku”, “Dan waktu dilepaskan tanganku jatuh tak berdaya”, “Bila orang tak bertemu dengan penulisnya sendiri seperti ini, bisa jadi orang akan menyangka tulisan Eropa atau Amerika dalam terjemahan Belanda, dengan mengambil warna setempat Hindia”, “Sedalam - dalamnya, sebagai Eropa, sebagai Kristen”, “Sudah mungkinkan terpelajar Pribumi, Pribumi Modern, melahirkan kepribadian?”.

Amanat
Terdapat beberapa amanat yang dapat kita ambil dari novel Pramoedya ini yaitu pertama untuk selalu mau berusaha mencapai cita - cita yang dituju walaupun jalan yang dilewati tidak mudah. Selain itu tokoh Minke juga menunjukkan bahwa tidak ada cara yang instan untuk mencapai sesuatu, dibutuhkan kerja keras dan kepercayaan diri di dalamnya. Sebagai manusia, kita harus mau mengakui kekurangan yang ada di dalam diri masing – masing agar kekurangan tersebut bisa menjadi diubah menjadi kekuatan atau kelebihan nantinya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pada novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer dapat disimpulkan bahwa alur atau plot yang digunakan dalam novel menunjukkan alur maju, dimana menceritakan segala proses kehidupan tokoh. Penokohan dalam novel ini juga ditentukan oleh pengarang dengan cara analitik, yaitu penulis memperkenalkan tokoh secara langsung. Latar atau setting banyak yang tersirat artinya harus membaca dan memahami dulu isi ceritanya baru dapat mengerti. Gaya bahasa yang digunakan juga cukup beragam namun gaya bahasa yang menonjol adalah hiperbola. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama/serba tahu. Novel Jejak Langkah  cocok bagi mereka yang gemar membaca karena memuat banyak sekali kisah sejarah dan narasi dibalut dengan indah serta detail. Para penggemar buku pasti sangat menyukai bagaimana Pramoedya Ananta Toer merangkai tiap cerita dengan alur yang tidak mudah ditebak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun