ANALISIS OBJEKTIF PADA NOVEL JEJAK LANGKAH KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
Tema Novel
Novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer bertemakan tentang perjalanan hidup seorang mahasiswa muda. Dengan segala rintangan dan kegagalan yang dialami, Minke tetap membuat perubahan dan dianggap sebagai seorang pahlawan yang mampu membawa Indonesia terutama rakyat pribumi menjadi lebih baik lagi. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Pengalaman - pengalaman masa silam, kau pun tak terkecuali, selamat tinggal”, “Seorang pribumi mengantarkan aku masuk kedalam asrama”, “Segala kesan dan pengalaman dalam sehari ini belum lagi sempat dipikirkan kembali apalagi diendapkan”.
Tokoh dan Penokohan
Setelah membaca novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer, dapat disimpulkan terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam cerita ini adalah Minke. Dan tokoh tambahan yaitu Partotenejo, Ang San Mei, Bupa, Princess, Jenderal Van Heutsz, Tuan Van Kollewijn, Piah, Marko, dan Sandiman. Penokohan yang akan dibahas dalam analisis karya objektif ini adalah kepada tokoh utama dan juga seorang tokoh tambahan yang dominan yaitu Partotenejo. Minke memiliki sifat berani, pintar, ambisius, dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Hanya karena nilai baik dalam ijazah tuan saja keterlambatan masih dimaafkan”, “Maka kaki terasa telah menghajar rahangnya”, “Kau juga suka mengganggu Partokleooo? Gangguan pada pada dia harus berhenti mulai sekarang”, “Aku tidak menyukai pada siapa saja yang mempermain - mainkan”, “Berbakat, berpribadi. Bila orang tak bertemu dengan penulisnya sendiri seperti ini, bisa jadi orang akan menyangka tulisan Eropa atau Amerika dalam terjemahan Belanda, dengan mengambil warna setempat Hindia”. Sementara Partotenejo teman dari Minke memiliki sifat yang lemah, penakut, dan mau membantu. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Mereka juga suka ganggu kau?, Tak tertahankan, kataku”, “Seorang siswa berperawakan kecil kurus datang, memasukkan lukisan itu kembali dalam sampulnya”, “ia pandangi aku seperti mengharapkan perlindungan yang amat sangat, kata Minke”.
Plot/ Alur
Alur dalam novel Jejak Langkah sangat jelas yaitu menggunakan alur maju. Karena memiliki klimaks di tengah cerita dan peristiwa yang berjalan teratur dan berurutan sesuai dengan urutan waktu kejadian dari awal sampai akhir. Berawal dari perkenalan tokoh Minke, perjalanannya ke Batavia, proses studinya, permasalahan di dalam studinya, keaktifan Minke dalam masyarakat terutama mahasiswa muda, keikutsertaanya sebagai seorang jurnalis yang bertujuan untuk bisa memperjuangkan hak - hak manusia pribumi serta sebagai alat perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.
Latar/ setting
Terdapat beberapa latar yang digunakan dalam novel ini yaitu latar tempat, waktu, suasana, dan sosial. Latar tempat yang digunakan adalah trem kereta, Betawi/Batavia, stasiun Gambir, asrama. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Seorang pribumi mengantarkan aku masuk kedalam asrama”, “Dengan hati, badan, jiwa sepenuhnya bebas begini, aku duduk di pojokan trem”, “Memasuki alam Betawi”, “Trem telah meninggalkan Betawi Kotta, memasuki daerah hutan dan rawa - rawa, menuju ke Gambir”. Latar waktu dalam novel ini adalah pada awal abad ke 20, dan zaman kolonialisme Belanda. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Memasuki abad 20”, “Kalau rodi diperhitungkan sebagai pengganti pajak”, “Sekiranya, Yang Terhormat, sepuluh juta penduduk Pribumi terkena rodi”. Latar suasana yang ada dalam novel adalah tegang. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Tuan - tuan, teriakku murka”, “Dan mata menantang mereka”,” Jangan coba - coba sekasar itu padaku, tentangku dalam hati”. Latar sosial dalam novel adalah gaya Eropa dan pribumi. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Selamat tinggal kau pakaian Eropa !”, “Sebagai ganti topi vilt kini muncul destar, yang aku sudah tak terbiasa lagi selama tahun - tahun belakangan ini”, “Mungkin memang peranakan Eropa”, “Satria Jawa dengan ikat pinggang dan destar tok!”, “Anak Indo berpakaian Eropa itu tak tampak”.
Sudut Pandang
Dalam novel ini, digunakan sudut pandang orang pertama yaitu serba tahu, karena terdapat si aku yang mengetahui keseluruhan isi cerita dan seperti menceritakan kisah hidup pribadi nya. Sehingga para pembaca juga jadi bisa menempatkan diri sebagai tokoh aku. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Aku tak banyak tahu tentang Dewi ini, kecuali kebesaran namanya”, “Aku yang semestinya menyebutkan saham - saham itu”, “Makin lama aku makin tak mengerti, “Temanku wartawan De Locomotief meninggalkan aku, berlari - larian keluar, ikut menyambut”, dan “Pandangannya seakan memberi perintah juga pada ku untuk memberikan hormat yang dianggapnya telah menjadi haknya”.
Gaya Bahasa
Dalam novel Jejak Langkah menggunakan gaya bahasa hiperbola, perumpamaan, dan litotes. Hal ini dapat dibuktikan dan dilihat dari kutipan “Darahku tersirap melihat lukisan tercinta itu terjamah orang tanpa seijin ku”, “Belandanya buruk amat dengan lidah Jawa tulen, dengan tekanan yang keliru dan berlebih - lebihan”, “Setiap detik yang mati bisa mematikan keseluruhan”, “Temanku itu nampaknya arif juga akan ketidaktahuanku”, “Dan waktu dilepaskan tanganku jatuh tak berdaya”, “Bila orang tak bertemu dengan penulisnya sendiri seperti ini, bisa jadi orang akan menyangka tulisan Eropa atau Amerika dalam terjemahan Belanda, dengan mengambil warna setempat Hindia”, “Sedalam - dalamnya, sebagai Eropa, sebagai Kristen”, “Sudah mungkinkan terpelajar Pribumi, Pribumi Modern, melahirkan kepribadian?”.
Amanat
Terdapat beberapa amanat yang dapat kita ambil dari novel Pramoedya ini yaitu pertama untuk selalu mau berusaha mencapai cita - cita yang dituju walaupun jalan yang dilewati tidak mudah. Selain itu tokoh Minke juga menunjukkan bahwa tidak ada cara yang instan untuk mencapai sesuatu, dibutuhkan kerja keras dan kepercayaan diri di dalamnya. Sebagai manusia, kita harus mau mengakui kekurangan yang ada di dalam diri masing – masing agar kekurangan tersebut bisa menjadi diubah menjadi kekuatan atau kelebihan nantinya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis pada novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer dapat disimpulkan bahwa alur atau plot yang digunakan dalam novel menunjukkan alur maju, dimana menceritakan segala proses kehidupan tokoh. Penokohan dalam novel ini juga ditentukan oleh pengarang dengan cara analitik, yaitu penulis memperkenalkan tokoh secara langsung. Latar atau setting banyak yang tersirat artinya harus membaca dan memahami dulu isi ceritanya baru dapat mengerti. Gaya bahasa yang digunakan juga cukup beragam namun gaya bahasa yang menonjol adalah hiperbola. Sudut pandang yang digunakan adalah orang pertama/serba tahu. Novel Jejak Langkah cocok bagi mereka yang gemar membaca karena memuat banyak sekali kisah sejarah dan narasi dibalut dengan indah serta detail. Para penggemar buku pasti sangat menyukai bagaimana Pramoedya Ananta Toer merangkai tiap cerita dengan alur yang tidak mudah ditebak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI