Mohon tunggu...
Laurencius Simanjuntak
Laurencius Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Warga Bekasi. Komuter yang terbiasa pulang pagi ;)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Penyiksaan Massal Anak-anak Tuhan

25 Februari 2014   19:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:29 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393304853866404180

[caption id="attachment_297316" align="aligncenter" width="536" caption="Sumber Foto: www.merdeka.com"][/caption]

Bagi anak-anak, hidup tanpa orang tua sudah tentu sebuah derita. Panti asuhan manapun tidak akan bisa menggantikan kasih sayang orangtua yang seharusnya mereka dapatkan.

Tetapi apa yang terjadi dengan 30-anak di Panti Asuhan Samuel barangkali lebih dari penderitaan. Sebuah rumah di Summarecon Gading, Serpong, Tangerang, menjadi saksi bisu bagaimana mereka disiksa dengan keji oleh si pemilik panti.

Dipukul, ditampar dan diseret sudah makanan sehari-hari anak-anak yang rata-rata masih duduk di bangku SD itu. Bahkan beberapa dari mereka, ada yang pernah dikurung di kandang anjing, tidak diberi makan seharian, dilecehkan secara seksual dan sampai dibiarkan sakit hingga meninggal.

Namun, semua itu justru dibantah Chemuel, pemilik panti. Untuk menegaskan alibinya, Chemuel bahkan mengaku siap dihukum pancung jika hal itu terbukti. "Itu fitnah, saya siap dipancung," katanya kepada merdeka.com kemarin.

Meski kasus ini masih dalam penyelidikan polisi, sulit memang untuk memercayai penyangkalan sang pemilik panti. Sebab, pengakuan datang dari kepolosan anak yang menjadi korban sendiri.

"Saya pernah dikurung di kandang anjing selama sehari dari sore hingga pagi hari, karena saya suka kabur-kaburan dari panti," ujar J yang masih berumur 8 tahun saat ditemui di Kantor Lembaga Bantuan Hukum Mawar Sharon, di Jalan Sunter Boulevard, Jakarta Utara, kemarin.

"Sorenya saya dikurung, pagi-pagi baru dikeluarkan, tapi tidak dikasih makan," kata bocah kelas 1 SD tersebut.

Penyiksaan seharusnya tidak terjadi di panti asuhan manapun, terlebih yang menggunakan 'Samuel'. Dalam cerita Alkitab, Samuel adalah anak yang istimewa. Dia terlahir ketika ibunya, Hana, sudah divonis mandul.

Hana sadar betul bagi masyarakatnya mandul berarti aib. Terlebih, dia sudah dimadu oleh suaminya, Elkana, yang telah memiliki anak dari Penina, istri kedua.

Syahdan. Di sebuah bait suci, Hana berdoa terus menerus dan meminta kepada Tuhan seorang anak laki-laki, dengan nazar "akan menyerahkan anak itu kembali kepada Tuhan untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."

Setahun kemudian Hana akhirnya mengandung dan melahirkan. Melihat kelahiran anak yang sangat berharga itu, Hana memberinya nama Samuel, yang artinya "aku telah memintanya dari Tuhan."

Demikianlah kelahiran Samuel, anak yang sangat dinanti-nati. Sementara kini sebuah panti asuhan bernama sama justru menyiksa anak-anak Tuhan, bahkan sampai menelantarkannya hingga ada yang mati.

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/penyiksaan-massal-anak-anak-tuhan.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun