Seiring perkembangan zaman dan teknologi, industri media sangat mungkin mengalami yang namanya konvergensi, kepemilikan silang, dan berubahnya karya-karya multimedia. Proses konvergensi pada industri media tentu berdampak langsung pada praktik dan persepsi seorang jurnalis untuk membentuk serta mempengaruhi munculnya identitas profesional jurnalisme multimedia.
Sebelum membahas lebih dalam tentang jurnalisme multimedia, mari kita pahami terlebih dahulu sebenarnya apa itu multimedia?
Apa itu Multimedia?
Menurut Dahlgren dalam Deuze (2004, h. 140) multimedia dapat dikonsepkan sebagai sebuah jurnalisme yang berkaitan dengan logika media, lembaga, dan kumpulan teknis yang semuanya berdampak pada apa yang akan direpresentasikan dalam media.
Multimedia dalam jurnalistik dapat didefinisikan dalam dua cara, yaitu:
1. Sebagai penyajian paket berita dalam sebuah website dengan menggunakan dua atau lebih format media seperti tulisan, musik, animasi grafis, dan hipertekstual.
2. Sebagai penyajian paket berita yang terintegrasi (tidak harus simultan) tetapi melalui media yang berbeda, misalnya situs web, email, MMS, SMS, radio, televisi, majalah, dan koran.
Istilah "kontimum konvergensi" diasumsikan sebagai bahwa cepat atau lambat semua organisasi media akan bergerak menuju tahap dimana bagian-bagian yang berbeda dalam pembuatan berita akan terintegrasi. Misalnya pembuatan audio, video, teks, gambar, dan grafik saja tetapi juga pemasaran, promosi silang, penjualan, dan interaktivitas dengan publik dapat tercapai.