“Tapi, Mas, kembalilah ke sekolah, Please. Difa, Mbak Laura dan saudara-saudara Mas Aji lainnya di sekolah Kompasiana ingin agar Mas kembali, berbagi pengetahuan...”
Dengan anggun “Mas Aji” mengusap kepala Difa seraya berujar lembut. “Dif, pengetahuan yang sesungguhnya bisa dicapai jika kita berhenti dan berdiam diri. Pengetahuan yang sejati tidak berada di luar diri kita, melainkan di dalam diri kita. Ketika bergerak dan berbicara, kita justru akan terlepas dari pengetahuan yang sejati. Kita lalu hanya akan terjebak di dalam jutaan pendapat yang mayoritas adalah omong kosong.”
***
Sementara itu, dari ruang guru BP, Pak Guru Jati dan Pak Kepsek Emjeka menyaksikan perilaku Difa yang setiap hari berbicara seorang diri di sudut pagar sekolah itu.
“Kita harus menangani si Difa ini secara khusus nampaknya, Pak,”usul Pak Jati. “Kalau terus menerus bicara sendiri begini akan semakin akut sakit jiwanya.”
“Iya, Pak Jati. Tapi Pak Jati kan tahu sendiri, anggaran di sekolah kita kan gak ada untuk itu. Selama dia gak mengganggu murid lainnya sebaiknya kita biarkan saja,” jawab Pak Emjeka.
“Bagaimana kalau kita masukan dia di sekolah khusus, Pak?”
“Di mana itu..?”
“Di sekolah Planet Kenthir, Pak. Saya dengar di sana banyak yang sembuh seperti sediakala...”
***
Tulisan ini saya persembahkan kepada guru saya: S Aji. Kembali lah, Mas.... Kami semua rindu Kata-mu