Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kisah Heroik Operasi Pembebasan Sandera Pesawat DC-9 Garuda Woyla

3 April 2016   14:09 Diperbarui: 3 April 2016   14:43 1879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Operasi Pembebasan Sandera DC-9 Garuda Woyla, Don Mueang, Thailand, oleh Kopassandha (Foto: merdeka.com))"][/caption]

Kalau anda pernah nonton film Black Hawk Down, ada sebuah dialog dari karakter SFC Norm "Hoot" Gibson yang diperankan artis Eric Bana: “When I go home people will ask me, "Hey Hoot, why do you do it man? What, you some kinda war junkie?" You know what I'll say? I won't say a goddamn word. Why? They won't understand. They won't understand why we do it. They won't understand that it's about the men next to you, and that's it. That's all it is.”

Tak ada manusia penggila perang. Ini semua hanyalah tentang orang-orang yang ada di sebelah anda. Hanya itu. Nobody asks to be a hero, it just sometimes turns out that way. Menyentuh sekali kan?

Saya pernah nonton film (Maaf, saya lupa judulnya), berkisah tentang dua kakak beradik yang ikut berperang pada PD I. Ada sebuah adegan dramatis dimana sang kakak melihat adiknya tertembak dan terjebak dalam area baku tembak. Didorong cinta dan kasih sayang terhadap adiknya itu, sang kakak berusaha menyelamatkannya, walaupun untuk itu ia harus terluka parah diterjang rentetan peluru musuh.

Komandan musuh yang melihat aksi heroik sang kakak akhirnya jatuh iba. Ia memerintahkan pasukannya agar menghentikan tembakan. Sang kakak yang terluka parah akhirnya berhasil menarik adiknya yang nyaris sekarat itu ke zona aman.

Yang saya mau tulis bukanlah tentang sinopsis film perang, melainkan aksi heroik manusia di tengah tragedi kemanusiaan. Gak tahu, saya mudah menitikkan air mata apabila menyaksikan ketulusan cinta, kasih sayang, pengorbanan dan jiwa kepahlawanan dalam diri manusia. Kadang heroisme terjadi begitu saja tanpa kita pernah meminta.

Sabtu pagi pada tanggal 28 maret 1981, pesawat DC-9 Garuda Indonesia Woyla GA 206 yang terbang dari bandara sipil Talang Betutu, Palembang, menuju Bandara Polonia, Medan, dibajak oleh lima orang bersenjata api.

Pesawat yang dipiloti Kapten Herman Rante diperintahkan oleh pembajak yang menodongkan senjata di kepalanya agar mendarat ke Kolombo, Sri Lanka. Namun Kapten Herman menolak karena tidak cukup bahan bakar. Pesawat kemudian dialihkan ke Penang, Malaysia, guna pengisian bahan bakar sebelum kemudian dipaksa terbang ke Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand.

Para teroris yang mengaku berasal dari kelompok Islam ekstremis Komando Jihad kemudian membacakan tuntutan mereka, yakni agar pemerintah Indonesia membebaskan anggota Komando Jihad yang ditahan dan meminta uang tebusan sejumlah US$ 1,5 juta. Mereka mengancam telah memasang bom di pesawat Woyla dan tidak segan-segan untuk meledakkan diri bersama pesawat tersebut.

Presiden Soeharto tegas menyatakan tidak mau bernegosiasi dengan pembajak. Bagaimana mungkin sebuah negara yang berdaulat penuh bersedia bernegosiasi dengan penjahat? Selengkapnya.

Pada pukul 21.00, 29 Maret, 35 anggota Grup-1 Para-Kopassandha (sekarang Kopassus) dibawah pimpinan Letnan Kolonel Infanteri Sintong Panjaitan meninggalkan Indonesia dalam pesawat DC-10, mengenakan pakaian sipil. Operasi kontra terorisme pembebasan pesawat DC-9 yang dikenal dengan sebutan Operasi Woyla dimulai.

Pukul 02.30, 31 Maret, Kopassandha bersenjata mendekati pesawat secara diam-diam. Mereka merencanakan agar Tim Merah dan Tim Biru memanjat ke sayap pesawat dan menunggu di pintu samping. Semua jendela pesawat telah ditutup. Tim Hijau akan masuk lewat pintu belakang. Semua tim akan masuk ketika kode diberikan.

Pada pukul 02.43, Tim Thailand ikut bergerak ke landasan, menunggu di landasan agar tidak ada teroris yang lolos. Kode untuk masuk diberikan, ketiga tim masuk, dengan Tim Hijau terlebih dahulu, mereka berpapasan dengan seorang teroris yang berjaga di pintu belakang.

Teroris tersebut menembak dan menewaskan Achmad Kirang, salah seorang anggota Tim Hijau di bagian bawah perut yang tidak terlindungi. Teroris tersebut kemudian ditembak dan tewas di tempat. Tim Biru dan Tim Merah masuk, menembak dua teroris lain, sementara penumpang menunduk. Para penumpang kemudian disuruh keluar.

Seorang teroris dengan granat tangan tiba-tiba keluar dan mencoba melemparkannya tetapi gagal meledak. Lalu anggota tim menembak dan melukainya sebelum dia sempat keluar. Teroris terakhir dinetralisir di luar pesawat.

Teroris juga menembak pilot pesawat, Kapten Herman Rante, yang tewas beberapa hari kemudian di RS Bangkok. Sedangkan pemimpin kelompok Islam ekstremis Komando Jihad, Imran bin Muhammad Zein yang selamat dalam peristiwa baku tembak tersebut berhasil ditangkap oleh Satuan Para Komando Kopassandha.

[caption caption="Operasi Pembebasan Sandera DC-9 Garuda Woyla, Don Mueang, Thailand, oleh Kopassandha (Foto: indocropcircles.com)"]

[/caption]

Imran selaku otak peristiwa pembajakan pesawat DC-9 ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Imran merupakan salah seorang yang terlibat dalam Peristiwa Cicendo bersama 13 orang lainnya.

[caption caption="Imran bin Muhammad Zein, Pemimpin Kelompok Islam Ekstremis Komando Jihad (Foto: apasih.com) "]

[/caption]

Operasi kontra terorisme pembebasan sandera yang hanya 81 detik itu sukses besar. Operasi inilah yang menempatkan Kopassus sebagai pasukan elite terkuat ketiga dunia setelah SAS (Inggris) dan Mossad (Israel).

Sewaktu Indonesia memutuskan untuk melakukan operasi militer di Thailand, Kerajaan Thailand sebagai tuan rumah awalnya menolak militer asing beroperasi di wilayah kedaulatan negara mereka, karena itu melanggar UU dalam negeri mereka. Tapi dua jenderal yang memimpin operasi ini, yakni Jenderal LB Moerdani (Wakil Kepala BAKIN saat itu) dan Jenderal Yoga Sugama ngotot, kabarnya sampe gebrak-gebrakan meja dengan jenderal Thailand. Akhirnya Thailand mau mengizinkan operasi prajurit Kopassandha itu dengan syarat pasukan Thailand ikut serta sebagai pasukan penjaga perimeter bandara.

Mengenai Jenderal LB Moerdani, setelah mendapat perintah langsung dari Presiden Soeharto setelah meyakinkan presiden bahwa para pembajak seharusnya tidak diperbolehkan untuk mengintimidasi pilot pesawat untuk terbang ke negara-negara lain, berangkat bersama prajurit Kopassandha ke Don Mueang.

[caption caption="Jenderal LB Moerdani (Foto:news.okezone.com)"]

[/caption]

Jenderal yang kontroversional ini langsung turun sendiri menyamar sebagai staf catering yg diutus oleh pemerintah Thailand untuk mengantar makanan bagi para teroris dan penumpang. Dengan hanya berbekal nyali dan Bahasa Thai yang pas-pasan ditambah Bahasa Inggris yang sengaja dibuat terbata-bata, sang jenderal mengantarkan ransum makanan ke dalam pesawat. Kalau saja pembajak tahu bahwa si pengantar makanan ini adalah seorang jenderal yang akan menumpas aksi mereka, tentu .....dooor! Tamat lah nyawanya.

Dengan masuk ke pesawat Moerdani bisa mengidentifikasikan secara akurat dimana para posisi teroris berada dan dimana para sandera berada. Akhirnya setelah semuanya dapat terbaca dengan jelas, dan dengan posisi masih berada di dalam pesawat, sang jenderal memberikan komando rahasia kepada pasukan Para-Komando Kopassandha yang sudah mengepung pesawat di luar. Dan ketika melakukan pendobrakan, pasukan sudah tahu dengan pasti kemana arah senapan akan ditembakkan.

Demikian aksi heroik drama pembebasan sandera pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla yang saya sadur dari berbagai sumber. Semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi pemerintah dalam membebaskan ke-10 ABK warga negara kita yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Pilipina. Dan semoga pula menjadi inspirasi bagi bangsa ini agar tetap mencintai dan bangga dengan NKRI.  

Kami tak meminta agar Kepala BIN yang sekarang menyamar juga sebagai pengantar makanan dan masuk ke kelompok kriminal itu, tapi tak dapatkah kita menunjukan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang berdaulat penuh dan memiliki ketegasan, keberanian, keyakinan dan kewibawaan. Bagaimana mungkin sebuah negara yang berdaulat penuh bernegosiasi dengan penjahat!

Bravo Kopassus! Tribuana Chandraca Satya Dharma. Lebih Baik Pulang Nama Dari Pada Gagal di Medan Tugas...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun