[caption caption="Prabowo Subianto (Sumber Foto: merdeka.com)"][/caption]
Bagi Kompasianer yang seumuran dengan bapak saya mungkin akrab dengan lirik lagu ini:
Pilu...
Rasa hatiku
Sejak kau tinggalkan daku
....
Yah, lagu "Pilu" yang menyayat hati dari grup Panbers itu pernah ngetop di tahun 70-an. Semestinya lagu itu mengiringi Prabowo dan partai Gerindra-nya saat ini. Saat satu persatu partai koalisi yang tergabung dalam KMP merapat ke pemerintahan Presiden Jokowi. Prabowo dan Gerindra pun ditinggal sendiri.
Tapi, ternyata Prabowo masih menunjukan kenegarawannya. Walau tak sedang berada di atas kudanya, dia tetap nampak gagah dan tegar.
"Ini Gerindra, saudara. Setia kepada rakyat, Indonesia dan merah putih. Kami tidak akan pernah surut pada cinta kita pada bangsa dan negara. Kami tidak takut katakan hal yang benar kalau benar dan salah kalau salah," demikian pidatonya berapi-api seperti biasanya pada acara HUT ke-8 Partai Gerindra di Kantor DPP partainya di kawasan Ragunan, Pasar Minggu, Sabtu (6/2/2016).
Koalisi Merah Putih (KMP) didera aroma perpecahan. Koalisi yang dibangun dari Rumah Polonia itu kini tak lagi trengginas seperti awal mula terbentuk. Perahu KMP ditenggarai sudah bocor sejak koalisi itu dideklarasikan.
Gejala perpecahan KMP sudah tercium saat PPP didera konflik. Suryadharma Ali yang ‘dipecat’ oleh Romihurmuzy menjadi penyebabnya. Setelah kedua kubu menggelar Muktamar, otomatis kaki PPP tak berpihak penuh di KMP.
Puncaknya ketika Sekretaris Jenderal PPP kubu Djan Faridz, Achmad Dimyati Natakusumah, menyatakan bahwa ia merasa partainya tidak merasakan manfaat bergabung dengan Koalisi Merah Putih (KMP). Partainya mempertimbangkan untuk beralih mendukung pemerintah.Â
"Kami tidak dapat apa-apa di KMP. Kami rasakan manfaatnya enggak ada. Di KIH, kami belum coba," kata Dimyati di sela-sela Musyawarah Kerja Nasional PPP di Hotel JS Luwansa, Rasuna Said, Jakarta, Kamis (11/12/2014).Â
Dimyati juga menyebutkan, "Tapi, kalau kami berada di KIH, bisa KIH berubah pikiran berikan posisi kepada kami, kenapa tidak. Memberikan posisi kepada kami posisi di pemerintahan kan banyak, ada duta-duta besar. Ada komisaris BUMN, ada juga lain-lain. Bisa saja kami dikasih," ujarnya.
Oooh, ternyata itu tooh tujuan parpol kampanye sewaktu pileg kemarin....?
Perpecahan mencapai klimaknya, setelah Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Senin (8/12/2014).
Pertemuan keduanya memberikan pesan politik yang menyengat KMP. Partai Demokrat berkeinginan bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) mendukung Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2015 tentang pilkada.
Langkah SBY menemui presiden itu dipicu ketika Golkar pada Musyawarah Nasional (Munas) IX di Nusa Dua Bali memproklamirkan menolak Perppu. Merasa dikhianati, SBY cepat menemui presiden setelah sebelumnya dia ‘berisik’ di twitter, berceloteh bahwa Golkar telah ingkar janji dan menodai noktah kesepakatan di KMP.
Meskipun akhirnya Golkar mendukung Perppu, tak otomatis KMP bebas konflik. Secara politik, sikap Golkar dimana posisi Aburizal Bakrie (Ical) sebagai Ketua Presidium KMP, menyimpan trauma tersendiri bagi politik SBY dan Partai Demokrat-nya sewaktu berkuasa.
Ical sudah menegaskan di awal, KMP dibentuk bukan untuk memenangkan Prabowo Subianto, melainkan untuk memperjuangkan demokrasi dan nilai-nilai pancasila. "Bagi kami, bergabung bersama koalisi merah putih barangkali banyak yang belum tahu bahwa di mukadimah tidak disebutkan untuk memenangkan Prabowo," tandas Ical pada media.
KMP memang tidak memiliki ikatan secara ideologis. Posisi KMP sebagai penyeimbang menjadi ambigu dalam politik. Kita tahu, oposisi tidak dikenal dalam sistem presidensil. Parlemen yang kuat lah yang dibutuhkan sebagai penyeimbang yang akan memperkaya demokrasi di negeri ini.
Dan, sang pendekar berkuda itu pun legowo memahaminya.
"Walaupun akhirnya kita sendiri, kita harus semangat. Jangan takut berjuang untuk rakyat. Pendekar tidak takut berjalan sendiri,"
demikian tulis sang pendekar di akun twitter-nya.
Maka, biarkanlah aku juga menyelesaikan bait demi bait lagu Panbers tadi:
Perih...
Hatiku perih
Karena takkan kembali
Â
Kini hanya bayanganmu
Melintasi mataku
Hanyalah wajahmu
Tak ku lupa seumur hidupku
Â
Sedih...
Hatiku sedih
Karena takkan kembali
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI