Mohon tunggu...
Laura Erika Hasibuan
Laura Erika Hasibuan Mohon Tunggu... Pengacara - Lentera hati

Ku lukiskan wajahmu dalam goresan luka dihati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misi Perburuan Harta Karun di Gunung Halimun-Salak (Cerpen Fabel)

7 April 2022   21:10 Diperbarui: 7 April 2022   21:56 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Alkisah, hiduplah seorang kakek tua yang bernama kakek Ela Elang Jawa. Kakek Ela sudah hidup sangat lama sekali, dahulunya ia terkenal sebagai pemburu harta karun yang sangat handal dan seorang yang dermawan, siapa pun pasti akan ia tolong dengan ikhlas. Seluruh penghuni hutan di Gunung Halimun-Salak sangat mengenalnya dan sayang kepada kakek Ela, tetapi kini kakek Ela Elang Jawa sudah mulai menua dan kepakan sayapnya pun sudah mulai melemah tidak seperti sewaktu ia masih muda. 

Setiap pagi di rumah kakek Ela selalu dipenuhi oleh anak-anak yang ingin mendengarkan kisah petualangannya saat ia memburu harta karun. Anak-anak yang mendengarkannya sangat takjub sekali bahkan mereka berimajinasi seolah-seolah mereka ikut juga di dalam misi perburuan harta karun itu, tiba-tiba Owi si Owa Jawa bertanya kepada Kakek Ela mengenai harta karun. 

"Kakek Ela, apakah ada harta karun yang belum sempat kakek temukan?" Tanya Owi kepada Kakek Ela. 

Sejenak kakek Ela mengerutkan keningnya yang sudah mengerut, dan pikirannya melayang-layang mencoba untuk mengingat-ngingat, kemudian ia pun menjawab pertanyaan Owi sambil tersenyum. "hmmm... sebenarnya ada yang mengganjal di hati kakek saat ini, karena ada satu harta karun yang belum sempat kakek temukan, harta karun itu luar biasa berharga karena itu peninggalan zaman dahulu kala yang sudah terpendam ratusan tahun. Kakek cemas jika harta karun itu jatuh ke tangan orang yang tidak baik." Jawab kakek Ela. 

Sontak semua anak-anak yang sedang mendengarkan jawaban dari Kakek Ela pun mulai ribut, mereka sangat penasaran mengenai harta karun yang sudah terpendam ratusan tahun yang luar biasa berharga itu. Lalu Owi pun bertanya lagi, "Wow... harta karun apa itu kakek? dan apakah kita bisa menemukannya nanti?". Sebelum kakek Ela menjawab pertanyaa Owi, Suri Surili si burung bersuara merdu juga ikut bertanya, "kakek, aku ingin bisa menjadi pemburu harta karun seperti kakek dan aku ingin membantu menemukan harta karun itu bersama teman-teman, apakah boleh kakek?" Tanya Suri dengan mata yang berbinar-binar kepada kakek Ela.

Dengan diikuti suara riuh anak-anak lainnya, kakek Ela pun akhirnya menjawab semua pertanyaan dari Owi dan Suri. Baiklah anak-anak, kakek akan menceritakan kepada kalian harta karun yang berharga itu. Dahulu sewaktu kakek masih muda, kuat dan gagah kakek mempunyai sahabat saat berpetualang yang bernama Owel si Celepuk jawa kadang ia di panggil Owel burung hantu yang bijak. 

Kita berdua sangat suka sekali bertualang berburu harta karun, saat itu kakek dan kakek Owel berencana akan berburu harta karun ke pedalaman Gunung Halimun untuk yang terakhir kalinya, kita mendapatkan informasi bahwa di dalam hutan Gunung Halimun-Salak terdapat harta karun yang sudah terpendam ratusan tahun berupa koin-koin emas, dan perhiasan emas yang sangat berharga, tetapi kita berdua tidak dapat melanjutkannya karena sahabat kakek yang sangat bijak ini sakit dan kedua sayapnya tak dapat dikepakkan hingga akhirnya ia pergi untuk selamanya. Sejak saat itu pun kakek tidak pernah lagi melanjutkan perburuan harta karun. 

Kakek berharap kalian dapat melanjutkan misi ini dan setelah itu kalian letakkan di dalam kotak kayu besar itu, karena semua hasil harta karun yang telah kakek temukan bersama kakek Owel berada di dalam kotak kayu besar karena itu merupakan peninggalan yang perlu dijaga. Tetapi, kalian harus berhati-hati jangan sampai berita harta karun ini tersebar, "apakah kalian paham anak-anak?" kata kakek Ela kepada anak-anak yang sedang mendengarkan ceritanya. Lalu dengan serentak Owi, Suri, Aji si Ajag Anjing Hutan, dan Tani si Tando menjawab "siap kakek Ela". 

Mereka pun mulai dilatih oleh kakek Ela untuk membaca peta dan rute-rute mana saja yang harus mereka lalui, mengajarkan mereka apabila ada hewan lain yang menipu mereka, dan cara melindungi diri dari serangan hewan buas. Kakek Ela pun mengingatkan mereka kekompakan dan saling tolong menolong dalam tim harus tetap terjaga tidak boleh saling menyakiti satu sama lainnya dan itu harus tetap dijaga sampai kalian nanti dipisahkan oleh kematian, "kalian paham anak-anak?!", karena dari semua itu harta yang juga paling berharga adalah persahabatan yang tulus tanpa ada mencari keuntungan diri sendiri, paham?!", tanya kakek ela kepada semua anak-anak yang sudah ia pilih untuk misi tersebut. 

"kami paham kakek Ela, kekompakan dan saling tolong-menolong dalam tim harus tetap terjaga tidak boleh saling menyakiti satu sama lainnya dan persahabatan yang tulus tanpa ada mencari keuntungan diri sendiri.", jawab anak-anak dengan kompak. 

Tibalah hari dimana kakek Ela menyampaikan sebuah amanat, "anak-anakku kakek percaya akan kekompakan, kesetiaan dan kejujuran kalian. Jadilah orang yang selalu jujur, setia, dan suka menolong dengan ikhlas. Ketika kalian sudah menemukan harta karun yang luar biasa berharga itu, simpanlah ditempat yang sudah kakek sampaikan, karena mungkin saat kalian kembali kakek sudah tidak ada lagi dan jangan bersedih." 

Nasihat kakek Ela kepada semuanya. Aji sangat sedih mendengar kakek Ela berbicara seperti itu, dan mereka berempat pun langsung memeluk kakek Ela dengan erat sekali. Tetapi, mereka tidak menyadari bahwa Maca si Macan Tutul Jawa sudah mulai mengintai mereka. 'hmmm... Sepertinya aku mencium bau emas dari rumah si tua bangka itu, dan kenapa mereka memeluk si kakek Ela tua itu dengan sangat erat sekali.' Pikir Maca dalam hatinya. 

Lalu Maca berencana akan mengikuti keempat anak-anak didik kakek Ela untuk mengambil sesuatu hal yang sangat berharga dari mereka dan yang ada di rumah kakek Ela. 

Matahari mulai bersinar terang dan Owi serta teman-temannya bergegas untuk pergi berburu harta karun, tetapi mereka tak lupa untuk berpamitan dengan kakek terlebih dahulu. Saat Owi dan teman-temannya sudah berjalan sangat jauh, muncullah Maca di depan pintu rumah kakek Ela dan langsung menerobos masuk ke dalam rumah kakek Ela tanpa pemisi. 

Kakek Ela langsung bergegas mengerahkan tenaganya untuk melawan jika Maca menyerangnya, tetapi apalah daya kakek Ela yang sudah sangat tua tak mampu mengimbangi kekuatan Maca dan akhirnya kakek Ela pun mati. Sebelum kakek Ela menghembuskan napas terakhir kakek Ela berbicara kepada Maca, "kau tak akan menemukan apa pun nak, kau hanya akan menemukan kesia-siaan dan keserakahanmu akan memakan dirimu sendiri, hanya orang yang memiliki hati yang tulus, berjiwa dermawan dan suka menolonglah yang akan menemukan itu semua." 

Kata kakek Ela kepada Maca yang terkenal suka mencuri dan menguasai harta orang lain bahkan tak segan untuk menyakiti sesamanya. Sontak Maca semakin geram dan mengacak semua isi rumah kakek Ela, tapi tak satu pun yang ia temukan. Akhirnya ia pun pergi menyusul Owi dan teman-temannya untuk mengambil harta karun tersebut. 

Owi beserta teman-temannya terus mengikuti arah jalan yang ada di peta, mereka sambil bersenandung kecil dan terus melangkah melewati rimbunnya pepohonan dengan riang tanpa mengenal rasa takut. Mereka melewati lembah-lembah dan anak sungai yang sangat jernih, tiba-tiba Owi berkata kepada teman-temannya, "teman-teman bagaimana kalau kita istirahat sejenak disini? Kita semua bisa makan dan minum untuk memulihkan tenaga kita kembali, kalian setuju?", tanya Owi kepada teman-temannya. 

Tani si Tando pun langsung menjawab, "ah, iya benar kita istirahat dulu sambil mengisi perut kita teman-teman biar kita bisa berperang eh maksudku melawan jika ada musuh hehehe.", ujar Tani sambil cengar-cengir ke teman-temannya. "Hmmm... betul juga ya, dan kebetulan perutku juga sudah keroncongan nih.", kata Aji dan Suri berbarengan sambil malu-malu karena perut mereka berbunyi kerucuk-kerucuk ketika menjawab pertanyaan tadi. 

Mereka semua pun makan, minum dan istirahat sejenak sambil melihat peta yang pernah dibikin oleh kakek Ela dan Kakek Owel. Setelah mereka rasa sudah cukup untuk beristirahatnya, Owi dan teman-temannya kembali melakukan perjalanan. Perjalanan yang mereka lalui semakin mencekam, pepohonan menjulang tinggi dan sangat rapat sekali antara pohon yang satu dengan yang lainnya, tapi itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk menyelesaikan misi yang tertunda kakek Ela dan kakek Owel yang sudah meninggal. Mereka tidak tahu bahwa kakek Ela pun juga sudah meninggal karena ulah Maca yang sangat rakus dan tamak. 

Tiba-tiba Aji berhenti dan berbicara sangat pelan sekali, "teman-teman sepertinya aku mendengar suara langkah kaki lain nih.., hanya saja aku kurang tahu itu langkah kaki dari hewan apa. Kita sepertinya harus waspada seperti yang di nasihati oleh kakek Ela pada saat beliau mengajari kita." Kata Aji kepada semua teman-temannya. 

Suri pun yang berada di punggung Aji langsung berbicara, "hmmm... bagaimana jika aku terbang sedikit lebih tinggi agar aku dapat melihat langkah kaki milik siapa itu?, apakah kalian setuju teman-teman?" Tanya Suri kepada teman satu timnya.

 "Ah... ide yang bagus itu suri, kalau begitu kamu terbanglah sedikit lebih tinggi tapi ingat kamu juga harus berhati-hati karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Dan bagaimana kalau kita pakai kode teman-teman? Kalau itu hewan besar dan buas kamu bersiullah dua kali, jika hewan kecil yang tidak jahat atau buas kamu bersiul satu kali, dan jika terdapat suatu jebakan serta sekelompok hewan buas bersiullah tiga kali agar kami mengetahuinya juga." Kata Owi kepada Suri. 

Suri pun langsung menjawab dengan cepat, "baik Owi, aku akan terbang memantau dan segera memberi tahu kepada kalian semua.", Suri pun segera terbang memantau dari atas untuk melihat langkah kaki siapa itu, dan seketika Suri kaget karena ia melihat si Maca yang terkenal licik, serakah, sombong dan jahat, 'jadi pemilik suara langkah kaki itu ternyata si Maca hewan serakah itu, hmmm... aku harus bersiul dua kali.' 

Pikir Suri dalam hati. Lalu suri pun langsung bersiul dua kali, dan teman-temannya yang di bawah mendengarnya dan mereka mulai memperketat kewaspadaan mereka, Owi yang sebagai pemimpin dalam kelompok pemburu harta karun itu langsung berbicara ke teman-temannya, "kita harus tetap tenang dan selama hewan tersebut tidak menyerang kita tetap jalan saja terus sambil tetap waspada." Kata Owi, lalu suri langsung kembali terbang mendekat ke punggung Aji dan ia memberi tahu bahwa itu adalah suara langkah kaki si Maca, dan mereka pun tetap waspada. Dan ya... akhirnya mereka hampir sampai ditempat lokasi harta karun yang dikasih tahu oleh kakek Ela, rasa takjub yang tiada tara pun terpancar dari wajah-wajah mereka. 

Owi dan teman-teman mulai masuk ke dalam goa yang sangat gelap sekali, dan ada dua pintu di dalam goa itu. Mereka berunding untuk memilih pintu goa mana yang akan mereka pilih untuk menghindari jebakan, setelah menentukan dan mencoba melempar batu ke dalam goa akhirnya mereka memilih pintu goa sebelah kanan. 

Sedangkan si Maca langsung tertawa terbahak-bahak, "Hahahahaha, akhirnya aku bisa kaya dan hidup senang. Kakek tua itu kenapa tidak langsung saja bilang, padahal jika ia bilang tak perlu ia mati sia-sia seperti itu hahahaha.", ujar Maca dengan sombongnya. "dan aku hanya mengikuti anak-anak bau kencur itu saja tanpa perlu repot-repot melakukan kekerasan, lihat aku berhasil juga kan?", ujarnya dengan sangat sombong sambil teriak di dalam goa. 

Tapi ia kebingungan ketika melihat ada dua pintu goa, dia mencoba untuk menerka-nerka dan karena ketamakannya Maca memilih pintu goa yang salah yang ia tidak tahu bahwa setiap orang yang masuk ke dalam pintu goa sebelah kiri itu tak akan bisa keluar lagi untuk selama-lamanya karena pintu goa akan terus tertutup. 

Sedangkan Owi beserta teman-temannya telah berhasil membantu menyelesaikan misi dari kakek Ela dan kakek Owel untuk menemukan harta karun yang sudah tersimpan ratusan tahun di dalam goa Gunung Halimun-Salak, ketika mereka keluar dari pintu goa yang sebelah kanan, mereka mendengar teriakan Maca. Ia sangat menyesal dan meminta maaf telah berbuat jahat kepada kakek Ela karena ingin menguasai semua harta karun tersebut. Tetapi nasi telah menjadi bubur semua itu telah sia-sia seperti yang dikatakan oleh kakek Ela bahwa itu semua akan sia-sia dan keserakahan akan memakan dirinya sendiri.

 Owi dan teman-temannya telah kembali, dan menepati janji mereka untuk meletakkan harta karun yang telah mereka temukan dari goa yang ada di Gunung Halimun-Salak sesuai pesan kakek Ela. Dan mereka pun akhirnya mengetahui bahwa kakek Ela telah pergi untuk selamanya karena mati terbunuh saat melawan Si Maca, seluruh penghuni hutan begitu kehilangan sosok kakek Ela yang sangat mereka cintai tetapi kehidupan harus tetap berlanjut dan tak boleh larut dalam kesedihan, Owi, Suri, Aji, Tani dan seluruh penghuni hutan pun selalu mengingat dan menjalani apa pesan yang pernah diajarkan oleh Kakek Ela kepada mereka, dan jangan pernah melakukan kejahatan, keserakahan, kesombong tak akan membuat diri kita bahagia dan semua itu akan menjadi sia-sia bahkan akan memakan diri kita sendiri itu pesan yang selalu mereka ingat sampai selama-lamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun