Mohon tunggu...
Laudza Prasetyo
Laudza Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo, saya adalah mahasiswa di salah satu PTKIN di Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Emotional Fluctuation in Romantic Relationships, Risks and Rewards of Reconciliation

20 November 2024   00:13 Diperbarui: 20 November 2024   03:57 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pngtree.com

Emotional Fluctuations in Romantic Relationships: Risks and Rewards of Reconciliation


Dalam kehidupan percintaan, hubungan romantis sering kali menjadi salah satu aspek paling kompleks dan dinamis. Salah satu fenomena yang menarik perhatian para peneliti adalah hubungan fluctuation on-again/off-again, yaitu hubungan yang ditandai dengan pola perpisahan dan rekonsiliasi berulang. Fenomena ini, meskipun sering dianggap sebagai tanda ketidakstabilan, juga dapat mencerminkan adaptasi pasangan dalam mengelola konflik dan memperkuat komitmen. 

Penelitian yang dilakukan oleh Ren M. Dailey, Brittani Crook, Nicholas Brody, dan Leah LeFebvre (2017) dalam artikel mereka berjudul "Fluctuation in On-again/Off-again Romantic Relationships: Foreboding or Functional?" mengeksplorasi apakah hubungan seperti ini lebih banyak membawa manfaat atau justru menjadi tanda disfungsionalitas dalam hubungan.

Menurut laporan Pew Research Center (2020), sekitar 40% pasangan muda di Amerika Serikat melaporkan pernah mengalami hubungan on-again/off-again. Di satu sisi, hubungan ini memberikan kesempatan bagi pasangan untuk mengevaluasi kembali komitmen mereka dan memperbaiki dinamika yang bermasalah. 

Namun, di sisi lain, fluktuasi hubungan juga dapat menyebabkan stres emosional yang signifikan, terutama jika pasangan tidak memiliki keterampilan komunikasi dan resolusi konflik yang memadai. Penelitian Dailey dkk. (2017) menunjukkan bahwa hubungan seperti ini sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ketidakstabilan emosional, ketidakcocokan tujuan, dan pola interaksi yang disfungsional.

Artikel ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang dinamika pasangan dalam hubungan on-again/off-again. Dengan menggunakan teori interdependensi dan teori sistem hubungan, penelitian ini memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana pasangan mengevaluasi manfaat dan biaya dalam hubungan mereka. 

Wawasan ini penting tidak hanya bagi akademisi, tetapi juga bagi konselor dan individu yang ingin memahami pola hubungan mereka. Hubungan on-again/off-again mungkin tampak kontradiktif, tetapi bagi sebagian pasangan, pola ini justru menjadi cara mereka untuk menemukan keseimbangan dalam hubungan mereka.

***

Penelitian Dailey dkk. (2017) memberikan gambaran mendalam tentang dinamika hubungan on-again/off-again dan pola interaksi yang memengaruhi stabilitasnya. Salah satu temuan penting adalah bahwa keputusan untuk kembali bersama sering kali dipengaruhi oleh evaluasi manfaat dan biaya. Dalam konteks teori interdependensi, pasangan cenderung mempertimbangkan apakah rekonsiliasi akan membawa lebih banyak keuntungan emosional daripada risiko konflik. 

Misalnya, 62% pasangan yang kembali bersama melaporkan bahwa perasaan kasih sayang yang mendalam menjadi alasan utama rekonsiliasi (Dailey et al., 2017). Namun, pasangan yang kembali bersama tanpa menyelesaikan masalah sebelumnya cenderung mengalami siklus perpisahan ulang, yang menunjukkan bahwa rekonsiliasi bukan solusi otomatis.

Teori sistem hubungan juga menyoroti pentingnya pola interaksi dalam hubungan on-again/off-again. Pola komunikasi yang disfungsional, seperti penghindaran konflik atau kurangnya keterbukaan, sering kali memperburuk dinamika hubungan ini. Dalam studi Dailey dkk., 45% pasangan melaporkan bahwa ketidakmampuan menyelesaikan konflik adalah penyebab utama perpisahan berulang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun