Implikasi dari penelitian ini sangat luas, terutama dalam ranah kesehatan mental. Dengan mengakui bahwa rasa sakit sosial mempengaruhi otak sama seperti rasa sakit fisik, kita dapat mengembangkan pendekatan terapi yang lebih holistik untuk mengatasi masalah seperti depresi, kecemasan, dan trauma emosional. Terapi berbasis otak, seperti neurostimulasi atau intervensi kognitif yang ditargetkan, bisa menjadi lebih relevan dalam menangani trauma sosial. Dengan meningkatnya prevalensi masalah kesehatan mental global, penelitian ini menjadi dasar yang kuat untuk merancang intervensi yang lebih tepat guna, tidak hanya mengobati pikiran tetapi juga respons biologis di dalam otak.Â
Referensi:Â
Tchalova, K., & Eisenberger, N. I. (2015). How the brain feels the hurt of heartbreak: Examining the neurobiological overlap between social and physical pain. Brain Mapping: An Encyclopedic Reference, 3, 15--20. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-397025-1.00144-5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H