Mohon tunggu...
Latip 28
Latip 28 Mohon Tunggu... pegawai negeri -

lelaki yang belajar untuk menjadi ayah, juga suami

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sial adalah ketika buru-buru, ditilang polisi dan tak punya uang (kecil)

26 November 2011   22:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:09 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"tanggal 9 itu hari Jumat." Polisi meyakinkan saya, atau justru meyakinkan dirinya sendiri? entahlah.

"iya pak, saya hanya kroco, tanggal segitu lagi banyak-banyaknya laporan yang harus saya buat."

Polisi terlihat menebalkan huruf yang sebelumnya ditulis sendiri di kertas tilang itu, "terserah sih, kalo mau nitip di sini juga gapapa". Haduh pak, kenapa nggk dari tadi bilang begini!

Polisi menyerahkan SIM dan STNK, dengan bodohnya saya bertanya, "jadi berapa pak?"

"terserah. Tapi kalau sidang, dendanya 100.000, ya sekitar 125.000 semuanya." katanya.

Dan kesialan yang sesungguhnya adalah ketika buka dompet, hanya ada 50.000 dan 100.000.  Sial, 50.000  harus kurelakan untuknya! Apakah saya menyuap? Entahlah, yang pasti dalam hati saya, dalam pikiran saya, hanya ada satu kata, 'masih sama!'

Sepanjang perjalanan berikutnya, saya hanya berpikir dan terus berpikir, 'salahkah saya?' Benar-benar menganggu, negeri ini tak akan berubah jika kita tak pernah mau berubah. Dan saya, sebagai pemuda, yang seharusnya menjadi agent of change, yang seharusnya mampu merubah sedikit saja, malah ikut masuk dalam permainan ini. Mengutip kata Aa Gym, bukankah seharusnya perubahan itu bisa kita lakukan mulai dari yang paling kecil, dari diri sendiri dan mulai saat ini? Kenapa saya justru melebur tanpa bisa berbuat apa-apa?

Tak banyak pertanyaan yang bisa saya jawab sepanjang sisa perjalanan itu, hanya sedikit penyesalan kenapa menjadikan kesibukan rutin sebagai alasan untuk membenarkan tindakan itu. Kalau saja saya menerima tilang itu, dan mau mengikuti sidang, tak ada 50.000 untuk menyuap atau apalah namanya, mungkin bisa menjadi pemutus rantai korupsi atau apalah di negeri ini. Ingin rasanya melihat negeri ini bebas dari korupsi, ingin rasanya melihat negeri ini menjadi negeri yang makmur, aman, damai dan sejahtera. Semoga harapan itu masih ada. amin

Jadi, sepertinya peribahasa sedia payung sebelum hujan ada benernya juga. Sebelum bepergian, pastikan semua telah sesuai dengan aturan, untuk sepeda motor, pastikan lampu depan menyala siang dan malam.



*tidak ada maksud memojokkan atau melecehkan seseorang, institusi atau apalah namanya, hanya ingin sharing. terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun