“Kita tunggu saja Putri, mudah-mudahan mamahmu, tidak mengingkari janjinya, kan mama selalu sayang Putri“ kataku membesarkan hati Putri, walaupun aku sendiri tidak yakin akan kedatangan Lela.
Pagi-pagi sekali tepat di hari ulang tahun Putri, aku dengar suara mobil berhenti tepat di depan rumah kami. Aku dan Putri yang sudah bangun sejak subuh segera berlari keluar dengan harapan itu Lela yang datang.
Seorang wanita berambut pendek dengan warna kemilau ungu, berkulit bersih dan bercelana agak ketat dan bersepatu high heels turun dari mobil. Aku masih ragu apa itu Lela, aku hanya berdiri terpaku menyaksikannya. Sebelum akhirnya wanita itu lari berhambur padaku.
“Maafkan saya Mas…maafkan saya..” kata wanita itu bersimpuh di pelukku, dan aku masih terpaku tak tahu apa yang harus aku lalukan. Apa aku harus jijik pada wanita ini ataukah aku akan memaafkannya.
Air mataku tak tahan juga untuk jatuh, aku segera mengambil dan memeluk wanita itu, setelah aku yakin kalau dia Lela.
“Maafkan juga aku yang membiarkanmu menjadi seperti ini“
Putri rupanya tahu kalau itu ibunya dan ikut Berhampur pelukan bersama kami.
Tapi sayang Lela hanya di rumah beberapa minggu setelah itu dia balik lagi ke Hongkong dan aku tak mampu mencegahnya seperti dulu lagi.
Ya Tuhan... lelaki macam apa aku ini... yang sangat lemah dalam melindungi keluargaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H