“Pa…katanya besok kalau Putri ulang tahun mama pulang bawa boneka buat putri ya” Kata Putri anakku pagi tadi ketika aku memandikannya.
Putri anak semata wayangku hasil pernikahanku dengan Lela, istriku yang sekarang kerja di HongKong sebagai buruh migran. Sudah hampir 2 tahun semenjak kepergian Lela aku sendiri yang mengurus segala keperluan Putri, mulai dari memandikan, menyiapkan makannya sampai menidurkannya. Aku berperan sebagai bapak sekaligus ibu bagi Putri. Belum lagi aku harus bekerja sebagai buruh pabrik. Bila sedang bekerja Putri terpaksa aku titipkan pada ibu di rumah.
Lela meninggalkan Putri sejak masih berusia 1,5 tahun. Di saat Putri sedang lucu-lucunya, belajar bicara dan jalan pun belum sempurna. Tapi karena tekad untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kuat, membuat Lela tega meninggalkan Putri bersamaku.
Aku memang hanya buruh pabrik garmen di kota kecilku, semenjak mengandung Putri Lela keluar dari pekerjaannya sebagai buruh pabrik garmen yang sama. Awalnya memang cukup saja kebutuhan kami berdua dengan gajiku yang tak seberapa, namun sejak Putri lahir kebutuhan hidup semakin meningkat.
Kami juga masih menumpang pada ibuku. Aku sendiri merasa tidak enak hati bila di antara mereka berdua terjadi perselisihan, walaupun itu perselisihan kecil. Memang salahku tidak bisa memberikan tempat yang nyaman buat keluarga kecilku, agar bentrokan-bentrokan kecil antara mertua dan menantu tak terjadi.
Karena pengaruh kisah sukses teman-temannya yang sudah berkerja jadi TKW di Hongkong maka Lela akhirnya tertarik juga. Untuk mencoba keberuntungan di negeri yang sama sekali asing bagi kami.
“Mas…aku mau minta izin untuk bekerja di Hongkong seperti Rita, boleh ya..” awalnya hanya gurauan kecil Lela saja, namun ternyata tekad Lela untuk kerja di Hongkong sangat kuat. Hingga malam itu hampir terjadi pertengakaran di antara kami.
“Mas…aku sudah mendatangai PJTKI segala persyaratan sudah diberikan… izinkan aku untuk mengurusnya ya…,” kata Lela saat kami sedang duduk di beranda rumah.
“Jadi… kamu sudah sampai ke PJTKI segala tanpa sepengetahuanku, terus kau tinggal begitu saja Putri ya.. harusnya kamu nunggu aku selo dulu…” kataku agak jengkel.
“Tapi... Mas sepertinya gak ada tanggapan dengan kata-kataku kemarin“
“Justru karena itu kamu harusnya menunggu sampai aku benar-benar mengizinkan bukan malah jalan sendiri gitu”