Media sosial, sebagai platform di mana orang dapat melihat kehidupan secara selektif, seringkali memicu perbandingan sosial yang tak henti-hentinya. Anak-anak remaja dapat merasa tertekan untuk mengikuti gaya hidup, prestasi, atau penampilan teman sebaya yang tampaknya "sempurna" di internet. Perbandingan terus-menerus ini meningkatkan kemungkinan merasa tidak memadai, rendah diri, atau bahkan mengalami gangguan citra tubuh.
Media sosial membantu memperkuat norma sosial, terutama yang berkaitan dengan penampilan dan gaya hidup, secara tidak langsung. Anak-anak remaja sering merasa tertekan untuk mengikuti tren, standar kecantikan yang mungkin tidak masuk akal, atau gaya hidup tertentu yang tampaknya mendapat dukungan dan pengakuan online ( Niswah, 2021). Perasaan tidak mencukupi, rendah diri, dan kecemasan sosial dapat disebabkan oleh tekanan ini.
Efek psikologis dari perbandingan sosial, menekankan kemungkinan efeknya pada kesehatan mental anak remaja. Bab ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana perbandingan ini dapat mengganggu perkembangan positif anak remaja dan membantu mereka mengelola tekanan dengan lebih baik (Prasetyo & Wulandari, 2023). Anak remaja dipaksa untuk berubah untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari teman sebaya karena konsep popularitas dan validasi online menjadi metrik yang sering diukur.
Dengan melakukan analisis menyeluruh terhadap tekanan konformitas ini, kita dapat lebih memahami bagaimana media sosial dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental anak remaja. Dengan memahami dinamika ini, tindakan dapat diambil untuk mengurangi tekanan, mendorong penerimaan diri, dan membantu anak remaja membangun resistensi terhadap norma-norma yang dapat membahayakan kesehatan psikologis mereka.
Cyberbullying dan risiko psikologis
Media sosial sering menjadi tempat perbandingan yang terus-menerus, dan anak-anak dapat tergoda untuk menilai nilai diri mereka berdasarkan pencapaian, penampilan, dan gaya hidup teman online mereka. Pesan-perbandingan ini seringkali tidak sehat dan dapat menimbulkan tekanan mental. Mempelajari bagaimana perbandingan sosial yang dilakukan di media sosial dapat berdampak pada kesehatan mental anak remaja, terutama pada kemungkinan rendahnya harga diri dan peningkatan tingkat kecemasan (Pertiwi & Sihotang, 2023). Â Terjadi karena berbagai ukuran keberhasilan dan kebahagiaan yang ditampilkan secara publik menyebabkan anak remaja sering terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat, perasaan tidak memadai, atau bahkan perasaan kecemburuan.
Anak-anak remaja sering kali merasa perlu mengikuti tren atau gaya hidup yang mendominasi internet, meskipun mereka tidak selaras dengan diri mereka sendiri ( Fronika, 2019). Dalam upaya untuk diterima oleh komunitas online, tekanan ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, kekhawatiran akan penilaian orang lain, dan bahkan kehilangan keaslian diri.
Media sosial dapat berfungsi sebagai katalisator utama untuk perubahan perilaku atau penampilan anak remaja. Namun, juga dapat membahayakan kesehatan mental dan kepuasan pribadi mereka. Dengan memahami tekanan konformitas ini, kita dapat menemukan cara yang lebih baik untuk membantu anak remaja mempertahankan identitas mereka dan merasa nyaman dengan siapa mereka sebenarnya di dunia digital yang serba cepat dan berubah.
Upaya Peran Orang Tua Dalam Mendampingi Kesehatan Mental Anak Remaja
Peran orang tua dalam pengawasan dan pembatasan
Pentingnya diskusi terbuka antara orang tua dan anak tentang penggunaan media sosial. Orang tua dapat memberikan nasihat dan bimbingan yang tepat, dan komunikasi yang bebas dan terbuka membuat anak merasa nyaman berbagi pengalaman online mereka (Maemunawati & Alif, 2020). Orang tua harus memahami dan terlibat secara aktif dalam kehidupan online anak-anak mereka karena interaksi digital dapat berdampak besar.