Pernyataan dalam istilah-istilah ini merupakan makna yang benar terjadi adanya, bukan semata-mata hanya terkaan saja, tetapi istilah ini sudah menjadikan watak yang terpancar dalam diri mayoritas orang.
Sadulur Papat Lima Pancer Metafora Jiwa : Tubuh, Jiwa dan Simbol
Dalam konsep Metafora Jiwa : Tubuh, Jiwa dan Simbol ini terdapat 4 sadulur (data Indrawi : hidung, mata, telinga, dan mulut) yakni :
1. Lobang Hidung dalam wilayah "Timur" yang menjadi warna putih. Memiliki makna dari simbolnya yaitu sukma purba, yang dihuni oleh Batara Bayu; atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wening _Wisnu.
2. Telinga dalam wilayah "Barat", yang menjadi warna kuning. Memiliki makna dari simbolnya yaitu dihuni batara Sambu atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Wenang _Brahma.
3. Bibir dan Mulut dalam wilayah "Selatan". Memiliki makna dari simbolnya yaitu sukma wasesa, berwarna suka membuat keributan atau konflik, tidak harmonis, bersifat antagonis dihuni oleh Batara Brahma atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Guring Tunggal_Sang Hyang Guru Siwa.
4. Mata disimbolkan wilayah "Utara". Memiliki makna dari simbolnya yaitu warna hitam, yang mana berarti sukmanya langgeng, dihuni oleh Batara Sriten atau teks Sunda Wiwitan Sang Hyang Tunggal_ Mandala Agung.
Dalam konsep spiritual maupun moral. Filosofi-filosofi terkait dengan Sadulur Papat Lima Pancer ini menyampaikan secara konseptualnya bahwa seorang manusia mempunyai tangan kiri dan kanan, kemudian kaki kiri dan kanan yang berjumlah 20 jari, yang maan dalam hal ini dapat sangkut pautkan pada 4 pancer ontologis, menjadi alienasi diri kepada 4 arah angin yakni Timur, Barat, Utara dan Selatan. Terkait dalam penjelasan hemenutika pada watak manusia yaitu terdapat sifat "aluamah supiah amarah, mutmainah" yang mana menghasilkan "Roh Aksara Jawa" atau Aksara Kawi Aji Saka; yang berjumlah 20 huruf; (1) ha na ca ra ka (tesis); (2) da ta sa wa la (Anti tesis); (3) pa da ja ya nya (sintesis); (4) ma ga ba tha nga (kekosongan_ ngesti Suwung atau saya sebut "Hong"), yang kemudian empat pengalaman negatif dan positif ini menghasilkan apa yang disebut sebagai "tatanan" semacam kecocokan, harmoni, menjadikan doktrin kepada jiwa manusia atau nama lain pada sastra agung.
Aksara Jawa Kuna Hanacaraka
1. Manusia merupakan utusan.