Ayah membangunkanku dengan segelas susu coklat dan senyum khasnya. Aku bangkit duduk dan memegang tangan Ayah yang terasa hangat.
"Ayah ... Ayah 'kan lagi sakit," protesku di tengah kantuk yang tersisa.
Ayah menatapku lembut. "Ayah nggak sakit. Cuma buatin sarapan untuk Prissy yang cantik, apa susahnya?"
Seketika itu juga, aku tersadar. Ayah tak hanya membawakan susu coklat. Piring keramik berisi wafel tergenggam di tangan kirinya.
"Kamu makan yang banyak ya, Sayang. Biar cepat besar," kata Ayah seraya menyuapiku. Membuat air mataku berjatuhan tanpa suara.
Di setiap doaku
Di setiap air mataku
Selalu ada kamu
Di setiap kataku
Kusampaikan cinta ini
Cinta kita