Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Papa dan Ayah Special Part] Takdir Pedih Dua Ayah Kembar

11 Mei 2020   06:00 Diperbarui: 11 Mei 2020   06:18 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggung jawab tiba... (Chrisye-Ketika Tangan dan Kaki Berkata).

Jarum-jarum waktu berjatuhan. Tak terasa, waktu menunjukkan pukul lima sore. Calvin bergegas turun ke lantai bawah. Dimasakkannya chicken cordon bleu dan caramel flan kesukaan Silvi.

Senyum hangat sang ayah menyambut kepulangan Silvi. Harum daging ayam bersaus keju dan puding khas Spanyol dengan campuran karamel makin melengkapi. Calvin bersikap seolah tak terjadi sesuatu yang buruk.

"Apa kata dokter?" Adica bersiap menginterogasi, tetapi Calvin mengangkat tangannya.

"Nanti malam aku akan ke kamarmu, Adica."

Si kembar punya jadwal khusus untuk story telling. Biasanya, mereka akan bercerita kejadian yang dialami sepanjang hari.

Selesai makan, Silvi kekenyangan dan mengantuk. Calvin menggendongnya ke kamar. Menyelimuti Silvi dengan penuh kasih sayang.

"Selamat tidur, Sayangku. Ayah mencintaimu," bisiknya.

Silvi terlelap. Calvin mencium keningnya. Hangat tangannya membelai mahkota indah milik Silvi. Tak puas-puas ia tatapi wajah putri semata wayang. Menghidupkan kembali segala ingatan.

Ketenangan hati yang baru dirasakan sesaat mulai robek. Calvin terbatuk. Dahak kemerahan mengalir dari sudut bibir. Rasa sakit menjalari punggung hingga dada. Terburu-buru ia bangkit. Terpaksa ia menodai kamar mandi Silvi dengan darahnya.

"Tuhan...jangan sekarang. Jangan sekarang," rintihnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun