"Terserah kamu akan ikut atau tidak. Yang jelas, aku akan mengajak Silvi."
Perasaan Adica teraduk-aduk seketika. Ia sedih, kecewa, dan marah. Calvin tak lagi menganggapnya penting. Saat akan pindah pun, Adica tidak dilibatkan. Fine, tiada lagi yang menyayanginya. Bodohnya Calvin. Melihat wajah adik kembarnya yang kuyu, ia kira Adica masih sakit.
"Ayo pulang," ajaknya.
"Kamu butuh istirahat."
Sang direktur utama menggeleng lemah. Ia melambai lesu, menyuruh Calvin pulang tanpa kata. Langit di atas bersaput mendung. Cahaya meremang, tetes-tetes air mata jatuh dari langit. Calvin meninggalkan Adica dengan berat hati. Sejumput harapan ia titipkan ke pintu langit. Harapan agar adiknya baik-baik saja.
Semangat Adica meluruh. Calvin akan segera menjual aset-asetnya. Calvin akan pergi, pergi meninggalkannya. Silvi akan dibawanya pula. Hampa, hampa hidup Adica.
** Â Â
Sejak ia pergi dari hidupku
Ku merasa sepi
Dia tinggalkan ku sendiri di sini
Tanpa satu yang pasti