Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merindukan Kompasiana yang Dulu

23 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 23 Oktober 2019   06:08 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Young Lady cantik senang membaca postingan COO Kompasiana di akun sosial medianya. Finally, teaser Kompasianival 2019 dimunculkan! Yeeeeay, Kompasianival tetap ada tahun ini.

Katakanlah Kompasianival itu hari raya para Kompasianer. Hari raya setahun sekali yang dirayakan dengan pertemuan singkat...cieee kayak lagunya Vierra. Kenapa pertemuan singkat? Karena hari raya Kompasianer hanya berlangsung selama satu hari.

Tak sabar Young Lady menanti hari raya para Kompasianer. Ada satu lagi yang membuat hati berdebar: pengumuman award. Young Lady amat berharap Pak Jose, Kak Adica, mbak Leya, dan "Calvin Wan" terpilih. Mereka sangat, sangat pantas mendapatkannya.

Kompasianival adalah salah satu hal yang dirindukan Young Lady dari Kompasiana. Eits, masih ada beberapa hal lainnya.

Tahun ini, Kompasiana memasuki usia sebelas tahun. Bila dalam siklus hidup manusia, angka sebelas adalah masa transisi. Masa peralihan dari anak-anak menuju remaja, sebutlah pra teen. Di ranah media, Kompasiana telah memiliki banyak prestasi dalam usianya yang masih belia.

Meski begitu, ada hal-hal yang nampaknya memudar dari Kompasiana. Hal-hal itulah yang dirindukan Young Lady cantik.

  1. Berbalas artikel

Mulai dari hal sederhana. Dulu, kegiatan saling tanggap lewat artikel menjadi hal biasa. Misalkan, satu Kompasianer menulis artikel tentang isu tertentu. Lalu, Kompasianer yang punya pendapat lain, tak puas hanya berpendapat lewat kolom komentar. Ia pun membuat artikel balasan.

Kali terakhir Young Lady cantik berbalas artikel adalah tahun 2018. Waktu itu, Young Lady menulis surat kekecewaan pada penerbit yang memperlakukan naskah dengan semena-mena. Lalu, Pak Jose membuat artikel tanggapan tentang penerbitan buku. Cakep ya...kita budayakan itu lagi yuk.

  1. Fiksi cinta sesama Kompasianer

Kompasianer yang sudah lama menghuni rumah besar Kompasiana pasti tahu dong. Dulu, ada duet kece Prof Peb dengan Mbak DesoL di kanal fiksiana. Mereka itu pasangan yang hot di jagat fiksianer.

Lalu, di tahun 2018, Young Lady cantik juga mendapat puisi (bukan di momen ulang tahun) dari "Airport Man". Interaksi penuh cinta seperti itu sangat dirindukan. Ketika Kompasianer saling menumpahkan cinta dan kasih sayang lewat karya. Eits, cinta dan kasih sayang di sini universal ya. Jangan salah persepsi dulu. Young Lady rindu bahasa cinta para Kompasianer.

  1. Kompasianer berprestasi

Rasanya sudah lamaaaa sekali kita tak menemukan lagi catatan prestasi dari Kompasianer macam Ibu Christie Damayanti atau Ibu Gana Stegman. Mereka Kompasianer wanita yang sangat menginspirasi. Selain menginspirasi, mereka pun berprestasi. Kalian rindu nggak sih sama Kompasianer kayak gitu?

Anyway, Kompasiana yang sekarang lebih banyak diisi buzzer-buzzer, money oriented, dan tukang promo produk. Young Lady paling sebal kalau ada Kompasianer yang menggunakan rumah kita ini hanya untuk review produk, promo-promo tidak jelas, dan membanggakan sebuah brand dengan berlebihan.

Mereka itulah manusia-manusia blogger rasa sales yang tulisannya sama sekali tidak mencerahkan. Come on, kapan Kompasiana punya sosok Kompasianer berprestasi seperti dulu?

  1. Kompasianer yang menerbitkan buku solo

Kalau nulis keroyokan, itu mainstream. Buku keroyokan itu biasa banget. Coba dong bikin buku solo. Udah lama nih, nggak ada catatan Kompasianer yang merilis buku solonya. Sebenarnya, banyak loh Kompasianer cerdas yang sudah menulis buku solo. Sebut saja Opa Effendi, Pak Jose, Ibu Gana, Ibu Lis Suwasono, Ibu Christie, Pak Maman Suherman, Pak TS (alm), dan...kalau boleh narsis cantik, Young Lady sendiri.

Nah, kemana Kompasianer lainnya? Apakah kalian hanya puas dengan menulis artikel biasa? Young Lady kangen, kangeeeen banget membaca catatan prestasi Kompasianer yang menerbitkan buku solo.

  1. Kompasiana tanpa iklan

Hmmmm, kalau yang ini mungkin nggak ya? Kompasiana dengan tumpukan iklan itu berat, baby. Berat bukanya, berat votenya, dan berat komennya. Membuka satu artikel saja beratnya minta ampun. Kompasiana yang sekarang dijejali banyak iklan tak penting.

  1. Kompasiana yang damai tanpa dominasi perang politik

Nah, ini yang sangat dirindukan Young Lady cantik. Kompasiana media warga yang damai penuh cinta. Bukan media warga yang didominasi kecamuk perang politik. Ayolah, Pak Jokowi kan sudah dilantik. Beliau bahkan berbaik hati menjadikan lawan politiknya sebagai anggota kabinet. Kurang baik apa coba? Mau ribut apa lagi?

Sudah ya, Kompasiana jangan ribut politik terus. Jadilah media warga yang damai, bukan media pesanan, apa lagi media buzzer dan pengkhianat.

One more, Young Lady hanya sekedar mengingatkan tim Kompasiana untuk berhati-hati saat memilih nomine award. Pilihlah orang yang waras, cemerlang pikirannya, konsisten, dan baik kepribadiannya, ok?

Kompasianer kangen nggak sama Kompasiana yang dulu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun