Coba bandingkan. Bila si H-RV jelek itu hanya dibawa ke pasar, tiap Senin-Jumat aku dibawa Calvin ke kantor. Aku sering dikendarainya keluar kota. Aku pernah mengunjungi Bandung, Malang, Surabaya, dan kota-kota lainnya. Hei, asal tahu saja. Biarpun sering sakit, Calvin masih kuat solo driving. Ia baru minta tolong supir bila kondisinya benar-benar ngedrop.
Kini aku bahagia. Aku lebih nyaman tinggal di rumah Calvin dari pada tinggal di showroom. Di showroom, aku diperlakukan layaknya patung dada Juliette di Juliette Balconny Verona.Â
Dadaku diremas-remas, tubuhku diusap-usap, dan orang-orang menatapku penuh hasrat. Yah, aku tahu sebagian besar dari mereka tak punya uang untuk mengeluarkanku dari showroom mobil.
Sedangkan di rumah Calvin? Aku merasa nyaman. Tubuhku dimandikan oleh tangannya sendiri. Ya, khusus diriku, Calvin sendiri yang turun tangan memandikanku. Tangan hangatnya membilas tubuhku dengan lembut.Â
Dia menyabuniku, menyemprotkan shampo, dan menyeka bersih sisa-sisa busa sabun di tubuhku. Kelembutannya amat kontras dengan pegawai dealer yang pernah memandikanku. Pegawai itu kasar.
Tanda tanya muncul di hatiku. Mengapa Calvin sebaik itu? Aku kan hanya mobil. Mudah saja jika dia mau kasar padaku.
Di luar dugaan, Calvin tahu isi hatiku. Suatu pagi pertanyaanku terjawab. Waktu itu, supir pribadinya menawarkan diri untuk memandikanku. Tetapi Calvin menolak. Dia mengambil alih slang dan shampo dari tangan supirnya, lalu berkata.
"Kalau si Alphard ini, biar saya yang mandikan."
"Kenapa, Tuan?"
"Karena dia mobil kesayanganku."
Si supir mengangkat alis. "Memangnya yang lain bukan kesayangan ya?"