Klik. Telepon diakhiri. Calvin melajukanku secepat mungkin keluar tol.
Kami tiba di kantor Alea seperempat jam kemudian. Alea bekerja di lantai tujuh. Kabarnya, dia mengurusi project-project kesetaraan gender.
Alea berlari kecil masuk ke mobil. Ia sedikit terengah. Sambil berkaca, wanita cantik itu merapikan rambut pendeknya.
"Thanks a lot, Calvin..." desahnya.
"No need to thanks." Calvin tersenyum menenteramkan.
"How about Jose?"
Aku mendengar Alea mendesah pasrah. Gerakan tangannya terhenti.
"Not good. Sejak kakinya lumpuh, dia kehilangan cahaya hidupnya. You know-lah, lumpuh membuatnya lebih susah buat traveling." Alea bercerita dengan sedih.
"I feel sorry for you. Next time aku bakal temui dia. Kaih dia support."
Bisa kulihat Alea tersenyum. Senyumnya memudar seketika saat memandangi luka-luka di lengan dan pipi Calvin.
"Apa itu hasil karya Sivia lagi?" cetusnya.