Lalu, mengapa harus tokoh perempuan yang miskin dan tokoh pria yang kaya? Seakan tokoh perempuan ditakdirkan untuk hidup menderita dalam kemiskinan, dan tokoh lelaki hidup mewah dengan segala kekuasaan.Â
Tokoh perempuan di-setting untuk tunduk di bawah pengaruh kekayaan, pesona, dan kekuasaan seorang lelaki. Percayalah, novel-novel cheessy bertema k-drama tidak mencerminkan emansipasi dan kesetaraan gender.
5. Tokoh antagonis serupa queen bee. Ia berwujud gadis super kaya yang dikelilingi teman-teman perempuannya. Teman-teman perempuan itu dianggap sebagai "dayang". Gadis ini sangat angkuh. Si queen bee ini galaknya luar biasa dan kerjanya perintah-perintah terus.Â
Saat si gadis protagonis yang miskin tetapi sangat manis tiba, waktunya si queen bee membully si gadis protagonis dengan kejam. Plot berulang yang super mainstream.
6. Derita tokoh wanita. Novel-novel cheessy bernuansa k-drama wannabe tapi marketable selalu menjual derita tokoh wanita. Siapa yang dibully? Tokoh wanita. Siapa yang ditinggal selingkuh? Tokoh wanita. Siapa yang biasanya kena penyakit parah? Tokoh wanita. Siapa yang biasanya dibuat patah hati? Tokoh wanita.
Siapa yang digambarkan berasal dari keluarga miskin yang harus menyesuaikan diri dengan keluarga kaya? Tokoh wanita. Selalu saja tokoh wanita yang menjadi korban. Penderitaan tokoh wanita adalah komoditi di dunia pernovelan. Novel marketable bergaya k-drama wannabe sangat tidak layak sebab rawan kesan inferior bagi pembaca wanita.
7. Bad boy. Inilah yang maha membosankan dari segala yang membosankan di novel marketable. Tokoh pria arogan, nakal, berkelakuan buruk, suka memainkan perasaan perempuan, serakah, bertingkah seenaknya, tetapi sangat disukai. Apa bagusnya karakter seperti ini? Tak ada kesan positif dalam tokoh bad boy.Â
Sebaliknya, tokoh pria baik hati seperti malaikat malah dianggap membosankan. Memang benar, orang lebih mudah mengingat hal negatif ketimbang hal positif.Â
Parahnya, justru si bad boy inilah yang pada akhirnya menjadi pemenang. Dialah penerima keuntungan terbesar di akhir cerita. Bodoh sekali penulisnya. Menjadikan pria-pria kurang baik sebagai pemenang sejati.
Mirisnya, ketujuh poin klise itu tak hentinya dipakai para penulis. Penerbit pun sama bebalnya karena terus menerima novel bermuatan tujuh poin klise di atas.Â
Novel-novel berplot k-drama wannabe bersifat unfaedah dan minim pesan moral. Mereka hanya menjalankan fungsi menghibur, tanpa menjalankan fungsi mendidik dan menginspirasi.