Anyway, hari ini kau tampan sekali. Kau memakai jas biru yang sesuai dengan warna matamu. Sementara aku, tetap setia dengan dress putih.
Luka adalah cara kita lari dari kepedihan. Kepedihan setelah ditolak berulang kali, dibiarkan sendirian selama bertahun-tahun, ditinggal-tinggal, didiskriminasi, dan diusir. Luka membuatku bebas, Revan. Â
Sejenak aku bisa melupakan birokrat-birokrat feodal berkerah putih yang memaksaku berhenti mengkritik kebenaran. Luka membuatku tenang.
Biarkan tetap begini, Revan. Kita tak butuh kue ulang tahun atau candle light dinner. Kita hanya butuh luka. Hari ini adalah hari kemerdekaan mata biru.
-Revan-
Selamat ulang tahun, Silvi. Kau semakin cantik. Tak terbayangkan betapa sepinya hariku bila kamu tak ada. Apa jadinya ketika pada waktunya nanti, Calvinmu datang? Ah, tapi aku tidak yakin sahabatku itu akan datang menjemputmu.
Calvin terlalu sulit ditebak. Hanya diinya sendiri yang memegang remote atas kontrol pikirannya. Silvi, kau harus siap bila suatu saat nanti Calvin meninggalkanmu sendirian.
Aku bisa membaca kekecewaanmu, Silvi. Biarlah hari ini menjadi harimu. Hari berluka yang telah kamu rencanakan. Aku mau berbagi luka denganmu.
Kau takut disuruh belajar, I know. Kau trauma dengan birokrasi dan enggan bekerja dengan orang-orang dewasa yang hatinya telah terkontaminasi feodalisme, I see. Aku sangat mengerti siapa kau, Silvi. Mata biru yang sama menjadi pengikat jiwa di antara kita.
Tapi...
Untuk sementara, kesampingkan dulu semua itu. Rayakan hari ulang tahun kita dengan luka dan darah. Ayo kita lanjutkan.