-Silvi-
Revan, ini hari ulang tahun kita. Hari lahirnya mata biru. Kau tahu itu, kan? Tak boleh ada yang merusak perayaan kita.
Sudahkah kausiapkan semuanya, Revan? Pisau, jarum, atau kuku. Jangan lupa ikat rambut untukku. Benda itu pun bisa kugunakan untuk membuat diriku lebih sakit. Ikat rambutku, dan aku akan menarik kunciran rambutku kuat-kuat untuk melepasnya.
Ayo kita lakukan, Revan. Sebelum calon suamiku datang. Atau mungkin dia takkan pernah datang dan menikahiku. However, kita harus mulai pestanya.
Wait, wait. Kita nyanyi dulu ok? Kau main piano, dan aku bernyanyi.
I can show you the world
Shining, shimmering splendid
Tell me, Princess, now when did
You last let your heart decide?
I can open your eyes
Take you wonder by wonder
Over sideways and under
On a magic carpet ride
A whole new world, a new fantastic point of view
No one to tell us no or where to go
Or say we're only dreaming
A whole new world, a dazzling place I never knew
But when I'm way up here, it's crystal clear
That now I'm in a whole new world with you
Bagus sekali permainan pianomu. Hanya Calvin yang bisa menandinginya. Ah, malaikat tampan bermata sipitku yang "manizzzzz". Dia takkan datang, aku tahu itu. Calvin hanya cinta diri dan rumahnya. Keluarganya ia bawa jalan-jalan ke kota lain, Silvi dilupakannya.
Punggungku mulai luka. Perih. Darah enetes. Calvin tak perlu tahu. Hanya kau yang perlu tahu, Revan.
Anyway, hari ini kau tampan sekali. Kau memakai jas biru yang sesuai dengan warna matamu. Sementara aku, tetap setia dengan dress putih.
Luka adalah cara kita lari dari kepedihan. Kepedihan setelah ditolak berulang kali, dibiarkan sendirian selama bertahun-tahun, ditinggal-tinggal, didiskriminasi, dan diusir. Luka membuatku bebas, Revan. Â
Sejenak aku bisa melupakan birokrat-birokrat feodal berkerah putih yang memaksaku berhenti mengkritik kebenaran. Luka membuatku tenang.
Biarkan tetap begini, Revan. Kita tak butuh kue ulang tahun atau candle light dinner. Kita hanya butuh luka. Hari ini adalah hari kemerdekaan mata biru.
-Revan-
Selamat ulang tahun, Silvi. Kau semakin cantik. Tak terbayangkan betapa sepinya hariku bila kamu tak ada. Apa jadinya ketika pada waktunya nanti, Calvinmu datang? Ah, tapi aku tidak yakin sahabatku itu akan datang menjemputmu.
Calvin terlalu sulit ditebak. Hanya diinya sendiri yang memegang remote atas kontrol pikirannya. Silvi, kau harus siap bila suatu saat nanti Calvin meninggalkanmu sendirian.
Aku bisa membaca kekecewaanmu, Silvi. Biarlah hari ini menjadi harimu. Hari berluka yang telah kamu rencanakan. Aku mau berbagi luka denganmu.
Kau takut disuruh belajar, I know. Kau trauma dengan birokrasi dan enggan bekerja dengan orang-orang dewasa yang hatinya telah terkontaminasi feodalisme, I see. Aku sangat mengerti siapa kau, Silvi. Mata biru yang sama menjadi pengikat jiwa di antara kita.
Tapi...
Untuk sementara, kesampingkan dulu semua itu. Rayakan hari ulang tahun kita dengan luka dan darah. Ayo kita lanjutkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI