Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Revan dan Silvi Merayakan Ulang Tahun dengan Luka

9 September 2019   06:00 Diperbarui: 9 September 2019   06:03 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-Silvi-

Revan, ini hari ulang tahun kita. Hari lahirnya mata biru. Kau tahu itu, kan? Tak boleh ada yang merusak perayaan kita.


Sudahkah kausiapkan semuanya, Revan? Pisau, jarum, atau kuku. Jangan lupa ikat rambut untukku. Benda itu pun bisa kugunakan untuk membuat diriku lebih sakit. Ikat rambutku, dan aku akan menarik kunciran rambutku kuat-kuat untuk melepasnya.

Ayo kita lakukan, Revan. Sebelum calon suamiku datang. Atau mungkin dia takkan pernah datang dan menikahiku. However, kita harus mulai pestanya.

Wait, wait. Kita nyanyi dulu ok? Kau main piano, dan aku bernyanyi.

I can show you the world

Shining, shimmering splendid

Tell me, Princess, now when did

You last let your heart decide?

I can open your eyes

Take you wonder by wonder

Over sideways and under

On a magic carpet ride

A whole new world, a new fantastic point of view

No one to tell us no or where to go

Or say we're only dreaming

A whole new world, a dazzling place I never knew

But when I'm way up here, it's crystal clear

That now I'm in a whole new world with you

Bagus sekali permainan pianomu. Hanya Calvin yang bisa menandinginya. Ah, malaikat tampan bermata sipitku yang "manizzzzz". Dia takkan datang, aku tahu itu. Calvin hanya cinta diri dan rumahnya. Keluarganya ia bawa jalan-jalan ke kota lain, Silvi dilupakannya.

Punggungku mulai luka. Perih. Darah enetes. Calvin tak perlu tahu. Hanya kau yang perlu tahu, Revan.

Anyway, hari ini kau tampan sekali. Kau memakai jas biru yang sesuai dengan warna matamu. Sementara aku, tetap setia dengan dress putih.

Luka adalah cara kita lari dari kepedihan. Kepedihan setelah ditolak berulang kali, dibiarkan sendirian selama bertahun-tahun, ditinggal-tinggal, didiskriminasi, dan diusir. Luka membuatku bebas, Revan.  

Sejenak aku bisa melupakan birokrat-birokrat feodal berkerah putih yang memaksaku berhenti mengkritik kebenaran. Luka membuatku tenang.

Biarkan tetap begini, Revan. Kita tak butuh kue ulang tahun atau candle light dinner. Kita hanya butuh luka. Hari ini adalah hari kemerdekaan mata biru.

-Revan-

Selamat ulang tahun, Silvi. Kau semakin cantik. Tak terbayangkan betapa sepinya hariku bila kamu tak ada. Apa jadinya ketika pada waktunya nanti, Calvinmu datang? Ah, tapi aku tidak yakin sahabatku itu akan datang menjemputmu.

Calvin terlalu sulit ditebak. Hanya diinya sendiri yang memegang remote atas kontrol pikirannya. Silvi, kau harus siap bila suatu saat nanti Calvin meninggalkanmu sendirian.

Aku bisa membaca kekecewaanmu, Silvi. Biarlah hari ini menjadi harimu. Hari berluka yang telah kamu rencanakan. Aku mau berbagi luka denganmu.

Kau takut disuruh belajar, I know. Kau trauma dengan birokrasi dan enggan bekerja dengan orang-orang dewasa yang hatinya telah terkontaminasi feodalisme, I see. Aku sangat mengerti siapa kau, Silvi. Mata biru yang sama menjadi pengikat jiwa di antara kita.

Tapi...

Untuk sementara, kesampingkan dulu semua itu. Rayakan hari ulang tahun kita dengan luka dan darah. Ayo kita lanjutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun