Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Obituari] Penulis Cerita Minggu Pagi Itu Telah Pergi

4 September 2019   06:00 Diperbarui: 4 September 2019   14:18 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar yang diterima Young Lady cantik di Selasa siang sungguh mengejutkan. Founder Peniti Media meninggal dunia. Tidak terdengar kabar sakit sebelumnya. Beliau selalu aktif dan penuh semangat menebarkan virus literasi. Sungguh, hati ini tak percaya.


Umur memang rahasia Tuhan. Beberapa minggu lalu, beredar kabar sakitnya dua Kompasianer yakni Bu Selsa dan Bu Bianca. Namun, yang lebih dulu berpulang ke pangkuan Tuhan justru sosok tegap nan bersemangat Pak Thamrin Sonata.

Pak Thamrin Sonata merangkul semua Kompasianer, baik yang normal maupun yang spesial berkebutuhan khusus. Yang seiman maupun beda iman. Telah banyak buku keroyokan yang diinisiasinya. Berkat kehadiran Peniti Media, Kompasianer makin mudah menerbitkan buku.

Perkenalan Young Lady cantik dengan Pak Thamrin Sonata dimulai awal tahun 2017. Young Lady ingat betul, waktu itu Pak Halim yang mengenalkan. Satu kesan baik ditangkap Young Lady.

Suatu malam, Young Lady tengah chatting dengan beliau. Kami mengobrol soal penerbitan buku. Lalu, tiba-tiba Pak Thamrin Sonata meminta izin untuk menelepon Young Lady.

Wow, saat itu juga Young Lady langsung respek. Seseorang yang lebih tua, lebih senior, dan lebih berpengalaman, meminta izin untuk menelepon pada anak muda yang bukan siapa-siapa.

Saat itu, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam. Waktu yang lazimnya digunakan untuk tidur. Namun, Pak Thamrin Sonata masih sempat-sempatnya menelepon Young Lady cantik.

Semula, Young Lady tidak berharap lebih. Chatting saja sudah cukup. Ternyata beliau menelepon. Ada perasaan dihargai dan diperhatikan. Terlebih, Young Lady memang lebih cepat mengenali bila dengan suara dibandingkan dengan teks.

Kesan Young Lady padanya semakin baik memasuki Oktober 2017.

Kala itu, Kompasiana mengadakan gelaran Kompasianival 2017 di Lippo Mall Kemang. Young Lady merasa terasing dari para Kompasianer lainnya. Yang selalu setia menemani Young Lady dari awal hingga akhir acara hanyalah malaikat tampan bermata sipitku "Calvin Wan". 

Kami duduk berdua dan berpegangan tangan. Tetiba beliau mendekati kami. Sederhana penampilannya, ramah wajahnya, dan humble sosoknya. Young Lady hanya bersalaman dengannya.

Agak menyesal juga karena waktu itu Young Lady kelihatan sombong dan tak mau berbaur dengan Kompasianer lainnya. Mungkin efek dari kasus screen reader dan hanya satu orang yang mau mengurus Young Lady setiap hari.

Ternyata, itulah pertemuan pertama dan terakhir Young Lady dengan Pak TS. Terakhir kali berkomunikasi dengannya, pertengahan tahun ini. Pak TS mengajak Young Lady cantik bergabung dalam proyek penulisan buku Indonesia Belajar. 

Semula Young Lady setuju sebab merasa sanggup mengerjakannya. But...I'm not a super woman. Young Lady pun mengundurkan diri.

Awalnya, Young Lady menduga akan menerima reaksi kemarahan, protes, dan kekecewaan. Young Lady telah menyiapkan mental kalau harus diomel-omel. And you know....? Pengertian, pengertianlah yang didapat Young Lady. 

Beliau mengerti kalau Young Lady ada pekerjaan lain yang belum bisa dialihkan. Makin dalam rasa bersalah ini. Young Lady belum sempat mengganti kesalahan yang mengecewakan. Kini, Young Lady hanya bisa menggantinya dengan doa.

Pak TS adalah Kompasianer berbakat yang punya ciri khas. Of course, Young Lady tahu mana Kompasianer yang biasa-biasa saja dan mana yang punya style. Salah satu ciri khasnya adalah Cerita Minggu Pagi. Sudah puluhan cerita pendek yang ia buat di Hari Minggu.

 Lewat salah satu artikelnya, Pak TS menceritakan alasan hadirnya Cerita Minggu Pagi di Kompasiana. Berbekal pengalamannya menjadi redaktur di media mainstream, Pak TS ingin menghadirkan rubrik yang asyik dan menggelitik. 

Pak TS konsisten menulis Cerita Minggu Pagi, meski sedang di luar kota dan tanpa imbalan apa pun. Luar biasa. Proud of him, really. Seharusnya cerita itu dibukukan. Konsistensi Pak TS sama dengan konsistensi Young Lady menulis kisah-kisah cantik "Calvin Wan" series.

Mulai saat ini, tak ada lagi yang akan menulis Cerita Minggu Pagi. Tak ada lagi yang menyapa Young Lady pagi-pagi di KutuBuku. Tak ada lagi yang berinisiatif begitu besar menggandeng Kompasianer untuk membuat buku bersama.

Young Lady sedih, begitu sedih. Kenapa rerata Kompasianer yang dikenal dan dapat tempat di hati Young Lady jauh lebih tua? Inilah yang ditakutkan: satu per satu Kompasianer terbaik meninggalkan Young Lady. Hmmmm, Young Lady cantik jadi makin takut ditinggal.

Paling takut ditinggal sama my angel and my future husband "Calvin Wan". Honestly, Young Lady memang lebih suka bergaul dengan figur-figur matang dan toleran.

Pak TS pergi tak lama setelah rekan baiknya, Arswendo Atmowiloto, meninggal dunia. Apakah ini yang dinamakan kematian berurutan? Dunia seperti ruang tunggu bandara. Kita hanya menunggu penerbangan yang akan membawa kita ke akhirat.

Jauh di dalam hati, Young Lady bertanya-tanya. Siapakah yang akan menggantikan Pak TS menulis Cerita Minggu Pagi? Siapakah yang akan menggantikan beliau mengurus Peniti Media? Siapakah yang akan merangkul Kompasianer untuk menulis buku setelah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun