Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Obituari] Penulis Cerita Minggu Pagi Itu Telah Pergi

4 September 2019   06:00 Diperbarui: 4 September 2019   14:18 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami duduk berdua dan berpegangan tangan. Tetiba beliau mendekati kami. Sederhana penampilannya, ramah wajahnya, dan humble sosoknya. Young Lady hanya bersalaman dengannya.

Agak menyesal juga karena waktu itu Young Lady kelihatan sombong dan tak mau berbaur dengan Kompasianer lainnya. Mungkin efek dari kasus screen reader dan hanya satu orang yang mau mengurus Young Lady setiap hari.

Ternyata, itulah pertemuan pertama dan terakhir Young Lady dengan Pak TS. Terakhir kali berkomunikasi dengannya, pertengahan tahun ini. Pak TS mengajak Young Lady cantik bergabung dalam proyek penulisan buku Indonesia Belajar. 

Semula Young Lady setuju sebab merasa sanggup mengerjakannya. But...I'm not a super woman. Young Lady pun mengundurkan diri.

Awalnya, Young Lady menduga akan menerima reaksi kemarahan, protes, dan kekecewaan. Young Lady telah menyiapkan mental kalau harus diomel-omel. And you know....? Pengertian, pengertianlah yang didapat Young Lady. 

Beliau mengerti kalau Young Lady ada pekerjaan lain yang belum bisa dialihkan. Makin dalam rasa bersalah ini. Young Lady belum sempat mengganti kesalahan yang mengecewakan. Kini, Young Lady hanya bisa menggantinya dengan doa.

Pak TS adalah Kompasianer berbakat yang punya ciri khas. Of course, Young Lady tahu mana Kompasianer yang biasa-biasa saja dan mana yang punya style. Salah satu ciri khasnya adalah Cerita Minggu Pagi. Sudah puluhan cerita pendek yang ia buat di Hari Minggu.

 Lewat salah satu artikelnya, Pak TS menceritakan alasan hadirnya Cerita Minggu Pagi di Kompasiana. Berbekal pengalamannya menjadi redaktur di media mainstream, Pak TS ingin menghadirkan rubrik yang asyik dan menggelitik. 

Pak TS konsisten menulis Cerita Minggu Pagi, meski sedang di luar kota dan tanpa imbalan apa pun. Luar biasa. Proud of him, really. Seharusnya cerita itu dibukukan. Konsistensi Pak TS sama dengan konsistensi Young Lady menulis kisah-kisah cantik "Calvin Wan" series.

Mulai saat ini, tak ada lagi yang akan menulis Cerita Minggu Pagi. Tak ada lagi yang menyapa Young Lady pagi-pagi di KutuBuku. Tak ada lagi yang berinisiatif begitu besar menggandeng Kompasianer untuk membuat buku bersama.

Young Lady sedih, begitu sedih. Kenapa rerata Kompasianer yang dikenal dan dapat tempat di hati Young Lady jauh lebih tua? Inilah yang ditakutkan: satu per satu Kompasianer terbaik meninggalkan Young Lady. Hmmmm, Young Lady cantik jadi makin takut ditinggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun