"Nanti Ayah pergi sebentar. Is it ok?" tanya Ayah Calvin.
"Kemana?" Jose bertanya balik, sedih.
"Ke airport. Jemput Bunda Alea."
Mendung menghias wajah tampan Jose. Tak bisakah Ayah Calvin sehari saja tidak meninggalkannya sendirian?
"Jose akan sendirian..." lirihnya.
"Tidak, Sayang. Jarak rumah kita dengan airport bisa ditempuh dengan cepat. Lagi pula, kita masih bisa e-mail, video call, atau chatting. Airport bukan hutan, ada sinyal internet di sana."
Suara lembut Ayah Calvin tak cukup mengobati getir di hati Jose. Pemuda cilik berhidung mancung dan bermata sipit itu berbalik memunggungi Ayahnya. Belaian sang ayah turun perlahan, dari rambut ke punggung. Jose tetap bergeming. Menatap mata Ayahnya pun enggan.
"Ayah akan lebih banyak bersama Bunda." Jose bergumam sendiri.
"Tidak, Sayangku."
"Ayah akan lebih banyak bersama Bunda." ulang Jose sedih.
Harus berapa kali Ayah Calvin berkata tidak untuk membuat buah hatinya percaya? Tidak, dia takkan membuang energi untuk mengatakannya. Jose hanya perlu bukti.