Luka.
Luka.
Luka.
Luka di tangan Ayah Calvin telah berhenti berdarah.
Darahnya telah mengering. Tidak terasa sakit lagi. Bukannya telah sembuh, melainkan telah mati rasa. Pria tampan berkacamata itu membiasakan diri untuk dilukai berkali-kali oleh anak semata wayangnya.
Rasaku telah mati untukmu
Diri ini terluka demi dirimu
** Â
Jose memalingkan wajah. Ia tidak bersalah, tetapi sedih memandangi luka baru di tangan Ayahnya. Kan Ayahnya yang meerelakan diri.
Sepertiga malam itu sehangat biasanya. Ayah Calvin membelai rambut Jose dengan tangan kanannya yang tidak terluka. Mengapa, mengapa luka dibalas dengan belaian?