Darah dan tumpahan teh menghilang di saat yang tepat. Terdengar derap kaki di anak tangga. Jose turun dari lantai atas dengan wajah pucat. Ia hampiri Ayah-Bundanya, lalu bergantian mencium pipi mereka.
"Ayah...Bunda." Jose menunjuk rambutnya.
Masygul hati Ayah Calvin dan Bunda Alea. Rambut Jose mulai rontok. Terapi dengan cara memasukkan obat-obat keras itu menunjukkan reaksinya.
"Jose mau dipeluk Ayah sebelum tidur." pintanya.
Permintaan diiringi wajah innocent dan tatapan teduh begitu, mana mungkin ditolak? Ayah Calvin meraih tangan Jose. Membawanya kembali ke lantai dua.
** Â Â
Tangan Ayah Calvin membelai-belai punggung Jose dengan lembut. Anak tunggal berparas tampan itu akan lebih cepat tidur saat dibelai punggungnya. Namun, malam ini Jose sulit sekali terlelap. Hingga sepertiga akhir malam berlalu, dia masih terjaga.
Malam merangkak mendekati pagi. Ketika pagi benar-benar berkuasa melukis langit, Ayah Calvin merenggangkan pelukannya. Berjam-jam sudah ia menemani Jose dalam posisi begini.
"Sayang, Ayah tinggal sebentar ya. Ayah mau nulis artikel, trus siapin sarapan dan obat buat kamu. Sebentar ya...?" kata Ayah Calvin lembut.
Refleks Jose menahannya. "Ayah di sini. Jose mau pelukan terus sama Ayah."
"Sebentar saja, Sayang."