Demi melihat sorot mata teduh Ayahnya, Jose menurut. Susah payah ditelannya suapan terakhir.
"Good boy," puji Ayah Calvin, mencium hangat kening putra tunggalnya.
Tidak, Jose yang sekarang sudah berubah. Jose tak bisa sering-sering main basket lagi. Dia pun kesulitan saat melindungi teman-temannya saat mereka dibully. Tangan kanan Jose terlalu lemah untuk mengambilkan botol obat milik Ayah Calvin.
"Jose bukan anak baik," tukas Jose datar.
"Kata siapa?"
"Kata Jose. Ayah susah gara-gara Jose, kan?"
Miris hati Ayah Calvin mendengarnya. Pelan dan hati-hati, dibaringkannya Jose di pangkuan.
"Jose itu malaikatnya Ayah." ujar Ayah Calvin dengan ketulusan luar biasa.
Jose menggeleng lemah. "Nggak. Ayah malaikatnya Jose."
Kedua laki-laki beda generasi namun bermata serupa itu beradu tatap. Sedikit kehangatan menyelusup ke benak Jose saat ditatap Ayahnya. Ayah Calvin menatapnya, lembut penuh kasih sayang.
"Jose anugerah terindah yang Ayah miliki." lanjut Ayah Calvin, suaranya makin melembut.