Alea tersentak kaget. Darimana partner kerjanya ini tahu? Kepalanya menggeleng tanpa sepotong pun jawaban.
"Oh...I know. I hear that you husband just an ordinary man. He's a teacher and freelance writer. You don't love him, right?"
Seraya berkata begitu, pria blonde tertawa. Dikiranya ini lucu. Atau, mungkin dia bermaksud menggoda wanita menawan yang telah merebut hatinya.
Bukan kali pertama Alea dimanuver begini. Puluhan project dengan pihak asing yang ditanganinya, membuat Alea berkenalan dengan pria-pria dari berbagai negara. Tak sedikit dari mitra setimnya itu memendam rasa.
"Excuse me, Mr. William. Time to meeting." sela Alea lembut.
Langkahnya anggun memasuki ruang meeting. Tepi gaun indahnya menyentuh lantai. Lagi-lagi Mr. William menatap tak berkedip perempuan berhidung mancung itu.
Alea menghempaskan tubuhnya di kursi empuk. Masih ada waktu lima menit sebelum mulai. Dibukanya e-mail. Sedetik. Tiga detik. Lima detik, beberapa baris pesan menggores dadanya.
Dear my Princess,
Pulanglah, Alea. Aku takut kehilangan waktu. Semoga kau masih mendengarkan pendamping hidupmu yang sangat biasa ini.
Aku memahami pilihanmu. Kau cantik, pilihan hidup dan prestasimu menginspirasi. Pribadimu bersinar seterang Bintang Sirius. Sedangkan aku, aku hanyalah Bintang Brown Dwarf. Bintang gagal yang bersembunyi di kegelapan langit. Aku telah kehilangan cahayaku.
Tapi kau pun harus mengerti pilihanku, Alea. Aku memilih menjadi orang biasa demi merawat gadis kecil kita. Demi anak-anak spesial yang membutuhkan kasih sayang.