Hari raya memang menyebalkan! Tidak ada yang indah. Selain pertengkaran orang tua yang berulang, obrolan pindah agama, dan judgement tiada henti, masih ada satu lagi: candaan. Ya, soal bercanda. Bercanda yang bukan porsinya.
Saat hari raya tiba, momen kumpul keluarga ditunggu kebanyakan orang. Young Lady cantik hanya duduk dengan anggun sambil memperhatikan tanpa bicara. Obrolan-obrolan ringan terlontar. Canda dan tawa begitu lepas. Tapi...tak semua candaan itu pantas diucapkan.
Bagaimana tidak, mereka bercanda soal penyakit! What for? Astaga...penyakit bukanlah entitas yang layak dijadikan bahan candaan.
Awalnya, seorang tetua dalam keluarga menceritakan tentang kelainan darah yang dialaminya. Tentang opname tiga bulan sekali, transfusi, penemuan tumor, dan CT scan. Merinding Young Lady mendengar cerita itu. Serasa Young Lady ingin kabur saja dari sana.
Sampai akhirnya, beliau menertawakan kondisinya sendiri. Disusul canda dan tawa dari anggota keluarga lain. Pecahlah suasana di ruang tamu.
Young Lady kaget mendengarnya. Tidak pantas, sungguh tidak pantas menjadikan penyakit sebagai bahan bercanda, apa pun alasannya. Penyakit itu bahasan serius. Janganlah dijadikan candaan ringan saat kumpul keluarga. Seperti tidak ada materi jokes lain saja.
Ketika mereka tertawa, Young Lady tetap diam dengan bibir terkatup rapat. Young Lady cantik menggelengkan kepala sambil berujar,
"Nggak lucu. Nggak boleh bercanda soal penyakit."
Akan tetapi, yang lain masih meneruskan bercanda. My mom malah menggeser kakinya sambil mendiamkan Young Lady. Oh baby, ya jelas Young Lady makin frustrasi. Tidak ada yang mendengarkan Young Lady.
Anyway, Young Lady punya alasan untuk tidak menggunakan penyakit sebagai bahan candaan. Apa sih alasannya?
First, bercanda soal penyakit sama buruknya seperti body shaming. Mengolok-olok penyakit lebih sadis ketimbang lagunya Afgan. Penyakit itu kan sesuatu di dalam tubuh, di dalam jiwa dan raga. Penyakit diberikan Tuhan sebagai ujian untuk hambaNya. Sama seperti tubuh yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Cinta. Nah, bila kita bercanda soal penyakit, sama saja kita body shaming. Menghina tubuh, menghina ketetapan Tuhan. So, Young Lady cantik bermata biru sangat tidak setuju dengan candaan soal penyakit.
Second, bercanda soal penyakit mengurangi empati terhadap penyintasnya. Candaan tentang penyakit sama sekali tidak lucu. Selera humor orang yang melontarkannya begitu rendah. Bercanda soal penyakit sama saja mengurangi empati kita terhadap penderitanya. Miris Young Lady mendengar bentuk jokes semacam itu. Di saat orang lain berjuang melawan penyakit, di tempat lain orang-orang sehat malah bercanda soal itu. Dimana empati kita? Candaan tentang tubuh, penyakit, keterbatasan fisik dan mental rentan menumpulkan empati dan kepedulian kita.
Third, kalau ini lebih personal sih. Bercanda tentang kelainan darah sama saja menghina "Calvin Wan". Young Lady tipikal pribadi romantis idealis. Orang-orang yang disayangi Young Lady, baik itu lelaki maupun perempuan, dari lingkungan Kompasiana atau bukan, bila dihina akan Young Lady bela.
Young Lady tidak bisa mendengar orang-orang yang disayangi dihina, direndahkan, diperlakukan tidak baik, dan diolok-olok. Selalu ada keinginan untuk membela dan berempati sebisanya.
Sekarang kalian sudah tahu alasannya kan? So, jangan pernah menjadikan penyakit sebagai materi jokes. Ada banyak hal lucu di dunia ini. Gunakan saja, tapi jangan gunakan penyakit. Jangan jadikan alasan hari raya dan momen setahun sekali sebagai pembenaran untuk bercanda melebihi batas.
Finally, Young Lady cantik ingin mengingatkan Kompasianers untuk tetap menjaga kesehatan. Kompasianers, sudahkah kalian menjaga kesehatan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H