Ketika Jose Benci Hari Raya
Dalam banyak hal, Jose memang beda dibandingkan teman-teman seusianya. Saat teman-temannya tak sabar menunggu hari raya, Jose membencinya. Ia tak pernah menantikan kedatangan hari itu.
Tanda tanya hadir di hatinya. Mengapa banyak orang bergembira menyambut hari raya? Apa istimewanya hari itu? Hanya berkumpul dengan keluarga, makan enak, dan liburan. Hanya itu kan? Tanpa hari raya pun, semua itu bisa dilakukan.
Sering kali Jose merasa tidak adil. Ketika semua orang menikmati hari raya, ia justru sakit. Ya, Jose sering sakit kala hari raya tiba. Kalau tidak, pasti ada saja pengalaman traumatis yang dirasakannya.
Dari Ayah Calvin, Jose akhirnya tahu kalau Bundanya meninggal di hari raya. Sivia, ibu kandungnya yang cantik, menghembuskan nafas terakhir di atas senyum ceria orang-orang yang meraih kemenangan. Gara-gara hari raya, Jose tak pernah memeluk Bundanya.
"Bukan karena hari raya, Sayang. Memang sudah waktunya Bunda Sivia pergi." koreksi Ayah Calvin lembut.
"Nggak. Itu karena hari raya. Makanya Bunda pergi dari kita." bantah Jose bandel.
"Aduh..." Ayah Calvin mengerang putus asa, mengelus dada. Sedikit kebandelannya di masa kecil diwarisi Jose.
Malas berdebat dengan Ayahnya, Jose beranjak ke depan piano. Dimainkannya instrumen musik itu. Ayah Calvin bernyanyi mengikuti lagunya.