"Jose...Sayangku, kamu bukan orang asing. Ingat itu. Kamu punya hak memimpin, sama seperti yang lain." ujar Ayah Calvin lembut.
Ketika Jose tak juga tenang, Ayah Calvin mengalihkan perhatiannya. Dielus-elusnya rambut Jose sambil bercerita.
** Â Â
Puja bakti baru saja usai. Ayah Calvin melirik jam tangannya dengan gelisah. Tergesa dia meninggalkan vihara.
"Kau mau kemana? Buru-buru sekali...ini kan sudah sore. Bukan jam kerja."
Sesosok wanita berjubah kuning-kemerahan menyusulnya. Ayah Calvin berhenti sejenak saat hendak membuka pintu mobilnya.
"Saya harus mengajar, Ayya."
"Mengajar? Sore-sore begini..."
Ayah Calvin mengangguk. Tak ada waktu untuk menjelaskan. Tiga menit kemudian, BMW putih itu meluncur keluar halaman vihara.
Sore itu, langit cerah. Langit biru bersih tanpa awan. Bola kuning keemasan menggantung lembut di atasnya, menebarkan cahaya lembut. Sinarnya menjatuhkan bayangan panjang di cabang pohon dan ruas jalan.
Setengah jam berkendara, Ayah Calvin tiba di sebuah sekolah berpagar biru. Tulisan di gerbangnya berbunyi: Sekolah Luar Biasa. Halamannya yang luas dipenuhi ayunan, perosotan, dan jungkat-jungkit beraneka warna. Rumputnya mulai meninggi.