Dari mana Ayah Calvin belajar narsis? Jose menahan tawa. Ayah Calvin menggelitikinya.
"Pasti heran kenapa Ayah narsis. Ayo ngaku, ngakuuuuu!" serunya, terus menggelitiki Jose.
Ayah dan anak itu memang sangat tampan. Tampilan fisik mereka berbeda dengan warga lokal. Jose dan Ayah Calvin lebih tinggi, lebih putih, dan lebih halus garis wajahnya. Pancaran mata mereka bening meneduhkan.
"Jose kesel sama Adi!" teriaknya tiba-tiba.
Refleks Ayah Calvin menghentikan gerakan tangannya. Ditatapnya Jose penuh perhatian.
"Adi ngata-ngatain Jose lagi. Katanya, dia nggak suka kalo kelasnya dipimpin orang terus."
Orang asing? Ayah Calvin sedih mendengarnya. Cepat sekali anak-anak belajar rasis.
"Jose bukan orang asing, Sayang. Andrio juga. Kita semua orang Indonesia. Jangan dengarkan Adi ya..." kata Ayah Calvin menyabarkan.
"Memangnya orang asing nggak boleh jadi pemimpin?" tuntut Jose kesal.
"Nak, kamu bukan orang asing." Ayah Calvin menegur dengan nada halus.
Jose sulit mempercayai perkataan Ayahnya. Ucapan Adi terlalu menyakitkan. Dirinya yang berwajah oriental, Silvi yang bermata biru, Andrio yang memakai Bahasa Inggris di rumah, Hito yang senang mengobrol Bahasa Jepang dengan Papanya, dan Livio yang fasih berbahasa Belanda, sering dimaki-maki "orang asing" oleh Adi. Adi makin marah karena kelasnya punya dua ketua kelas asing. Satu bule, satu Chinese.