Tanpa melihat akun pengirimnya, Ayah Calvin sudah tahu siapa itu. Gaya komunikasi Paman Adica memang simple dan to the point. Belum sempat ia membalas...
Prang!
Bunyi apa itu? Terburu-buru Ayah Calvin meninggalkan ruang piano. Keedengarannya dari ruang santai di lantai bawah.
"Jose? Masya Allah Sayang, apa yang kaulakukan?" tanya Ayah Calvin cemas.
Gelas kristal pecah. Remote TV terlempar. Wajah Jose pucat dan tegang.
"Kenapa, Sayang?" ulang Ayah Calvin, nadanya makin lembut.
"Ayah jangan pergi...jangan pergi kemana-mana!" pinta Jose.
Refleks Ayah Calvin melipat dahi. Mudah sekali Jose tahu kalau kemungkinan Ayahnya akan bepergian.
"Tapi...Paman Adica ajak Ayah pergi." kata Ayah Calvin hati-hati.
"Batalin aja! Ayah jangan pergi! Jangan...!"
Anak tunggal berparas rupawan itu terisak. Ia memeluk Ayahnya erat-erat. Tertegun, Ayah Calvin balas mendekap Jose. Ya, Allah, serasa deja vu. Cara Jose memintanya tidak pergi, persis seperti Bundanya bertahun-tahun lalu.