Ditinggal-tinggal itu sakit. Pengalaman kehilangan tiga sahabatnya sudah cukup menggoreskan luka dalam di benak Jose. Kini, Jose hanya punya Ayah Calvin.
Rindu memenuhi rongga dadanya. Anak itu rindu Ayah Calvin. Terdorong kerinduan, Jose membuka akun blog media warga milik Ayahnya. Ayah Calvin hanya mencantumkan 'freelancer' di kolom pekerjaan. Rendah hati sekali, pikir Jose. Bisa saja Ayahnya mencantumkan lima pekerjaan lain yang pernah dilakukannya: direktur yayasan, pengusaha, relawan anak-anak berkebutuhan khusus, pengajar, dan pewara. Tetapi Ayah Calvin tak sesombong itu.
"Ayah hanya penulis lepas, Jose. Bukan siapa-siapa..." kata Ayah Calvin di suatu acara temu para blogger.
Tidak, Ayah Calvin lebih dari sekedar penulis lepas. Dia sosok istimewa.
Setelah scrolling, Jose malah makin rindu. Ayahnya meninggalkannya begitu lama. Sepotong kenangan menjatuhi jiwanya.
Saat itu, Jose masih tinggal di asrama sekolah internasional. Enam bulan berlalu sejak dirinya mengikuti pertukaran pelajar. Matanya sakit, sakit sekali. Ia menelepon Ayahnya sambil menahan sakit. Demi mendengar anak tunggalnya kesakitan, Ayah Calvin langsung menyudahi meeting dengan klien. Lalu ia mencari flight tercepat yang bisa didapatkannya. Malam itu juga, Ayah Calvin naik pesawat untuk menemui Jose. Ia bawa putra satu-satunya ke dokter mata terbaik. Ia rawat Jose di asrama sekolah internasional. Kontan anak-anak asrama merasa iri. Kepala asrama sempat ragu untuk mengizinkan Ayah Calvin mengurus anaknya selama sakit.
** Â Â
Saat aku tertawa di atas semua
Saat aku menangisi kesedihanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau aku kenang