Kemanakah Perdamaian?
Ayah Calvin seperti malaikat. Lihatlah, pagi ini ia berdiri di belakang Silvi. Memeluk pundaknya lembut. Menenangkan gadis kecil nan cantik yang terus menangis.
Setelah Silvi lebih tenang, Ayah Calvin memakaikan gaun putih panjang ke tubuh Silvi. Merapikan lipatannya. Memastikan gaun itu terpasang indah. Mengaitkan kancing-kancing mutiara di bagian punggung.
Kotak aksesoris dibuka. Dua buah karet gelang diambil. Ayah Calvin mengepang rambut Silvi.
Walau tak punya anak perempuan, Ayah Calvin bisa mengepang dan menguncirkan rambut gadis itu dengan rapi. Bahkan lebih rapi daripada hasil kepangan Paman Revan.
"Ayo, Sayang. Gabriel sudah menunggu." Ayah Calvin meraih lembut tangan Silvi. Menuntunnya keluar hotel.
Limousine hitam itu meluncur ke rumah sakit. Tiba di sana, Silvi berlari ke ruang ICU. Gaun putihnya berkibaran. Ia bertabrakan dengan Jose di koridor depan ruang ICU.
"Gabriel...!"
Silvi dan Jose berpelukan, lalu bertangisan. Ayah Calvin, yang telah menyusul Silvi, terenyak. Ia paham perasaan anak-anak itu. Livio dan Hito meninggal. Andrio kritis. Bagaimana mereka tidak sedih?
"Andrio baik banget sama aku, Gabriel! Andrio nggak boleh mati! Nggak boleh!"