So, Young Lady heran. Kenapa penggambaran Tionghoa Indonesia identik dengan sesuatu yang sedih, gelap, suram, dan menakutkan? Sedangkan nonpribumi lainnya dianggap menarik, bikin penasaran, layaknya tuan, bahkan udah kayak malaikat aja. Padahal beberapa di antara mereka dulunya bangsa penjajah. Oh ya, Young Lady juga lebih suka memakai kata 'Tionghoa' dibandingkan 'Cina'. Sebab kata 'Tionghoa' lebih halus, lembut, dan tidak kasar.
Ingin Young Lady membukukan skripsi itu. Menerbitkannya sampai jadi buku nonfiksi. Tapi Young Lady yakin, sulit sekali menemukan penerbit yang mau menerbitkan tulisan kontroversial seperti itu.
Hmmmm, Young Lady cantik jadi ingat novel Harry Potter dan To Kill A Mockingbird. Di sana terdapat selipan tema rasial. Kalau kalian pernah baca Harpot, pasti tahu istilah darah-murni dan darah-lumpur. Darah-lumpur dianggap berbahaya dan harus dihabisi. Padahal apa salah mereka? Justru kebanyakan penyihir darah-lumpur adalah orang yang pintar. Hermione Granger misalnya.
Sama seperti kasus kalangan Tionghoa Indonesia. Mengapa harus stereotip? Apa yang salah dari itu ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H