Waktu berlalu sejak batalnya project sandiwara radio itu. Kesan buruk masih tertinggal di dalam hati. Project batal, sakitnya membekas.
Seiring berjalannya waktu, Young Lady cantik satu hal. Ternyata project itu batal bukan hanya karena politik kantor. Tetapi juga karena pemimpin dari project itu resign dari kantor. Ia pindah ke tempat lain dengan jabatan lebih tinggi.
Bagaimana Young Lady bisa tahu? Pimpinan itu sendirilah yang menghubungi Young Lady. Sudah berutang project, membatalkannya, masih enak-enaknya meminta Young Lady menulis naskah untuknya. Enak sekali memperalat Young Lady. Tapi tetap Young Lady buatkan, meski setengah hati...mirip lagunya Tompi.
Bagi Young Lady, kecewa itu susah diobati. Kalau sudah kecewa, sulit sekali untuk diyakinkan kembali. Kecuali bila yang melakukannya orang-orang yang dicintai.
Peristiwa ini membuat Young Lady menarik satu pelajaran berharga. Jangan berhutang pekerjaan saat resign. Meninggalkan kantor adalah pilihan. Namun, jangan sampai pilihan kita merugikan orang lain.
Jadilah seseorang yang profesional. Sebelum, saat, dan setelah menjalani pekerjaan di instansi tertentu. Salah satu tanda profesionalitas adalah tidak berhutang pekerjaan ketika hengkang dari kantor.
Berutang pekerjaan saat resign sama saja lari dari tanggung jawab. Sekecil apa pun, tetap saja utang pekerjaan adalah tanggung jawab. Amanah yang harus dipenuhi. Amanah yang dipertanyakan manusia dan Tuhan. Mungkin manusia seperti Young Lady tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa. Young Lady hanya bisa sedih, curhat, dan berdoa sesuai keinginan hati.
Tapi, masa hitung-hitungan dengan Tuhan itu pasti. Cepat atau lambat akan terjadi. Ketika itulah Tuhan membayar apa yang telah dilakukan.
Sebelum resign, pastikan tak ada lagi utang pekerjaan. Make sure semua tanggungan kita di kantor telah selesai. Tinggalkan kantor dengan kesan baik. Kita masuk baik-baik, kita pun harus keluar baik-baik.
Sangat penting untuk menghindari utang pekerjaan saat resign. Mengapa?
1. Meninggalkan kesan baik
Seperti telah disinggung sebelumnya, kita bergabung di kantor dengan cara baik. Keluar pun harus baik pula. Jangan sampai kita berpisah dengan meninggalkan utang. Ok fine, bolehlah kita tak peduli dengan mulut-mulut kejam para toksik worker. Tapi, apa penilaian Tuhan kalau kita pergi dengan kesan buruk?
2. Tidak mengecewakan orang lain
Sekecil apa pun, utang pekerjaan tetap berdampak dan berkaitan dengan orang lain. Entah itu atasan, bawahan, maupun rekan kerja. Peluang kita mengecewakan orang lain terbuka lebar bila kita berutang pekerjaan. Oh kalian tak tahu, dahsyatnya doa orang yang dikecewakan. Tidak mau kan? Tiba-tiba karier kalian anjlok, keluarga hancur berantakan, dan tubuh digerogoti penyakit kronis hanya karena doa orang yang terzhalimi oleh ulah kita?
3. Menjaga kepercayaan
Menjaga kepercayaan lebih sulit dibanding membangunnya. Salah satu bukti menjaga kepercayaan adalah tidak meninggalkan utang pekerjaan sebelum pergi. So, janganlah berutang pekerjaan. Segera selesaikan sebelum angkat kaki dari kantor. Hal ini berpengaruh pada relasional dengan orang-orang dalam dunia pekerjaan.Â
Orang-orang di kantor lama takkan lagi mempercayai kita. Namanya hidup, mana kita tahu? Hari ini melayang di langit, besok terhempas ke bumi. Bisa saja orang yang kita sakiti akan menjadi bos kita. Sungguh, kita tidak benar-benar tahu. Makanya kita harus terus menjaga kepercayaan, sekalipun kita tak lagi bekerja di kantor lama.
Mundurlah dari kantor dengan terhormat. Pekerja yang terhormat takkan meninggalkan utang pekerjaan. Kompasianers, bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H