Actually, ini tulisan random. So, bagi kalian yang niatnya buruk atau ingin menghakimi, lebih baik get out dari artikel Young Lady.
Young Lady boleh jujur nggak? Menurut Young Lady, sebagian besar Kompasianer itu penakut! Ya, penakut. Karena mereka tidak punya keberanian untuk menulis tema-tema unpopuler seperti diskriminasi rasial, infertilitas, imigran gelap, pengungsi dari negara konflik, isu disabilitas, isu minoritas, atau membongkar plagiarisme. Kesan ini muncul di kepala Young Lady cantik saat ngobrol-ngobrol cantik dengan kakak yang juga cantik.
Kaka cantik dan Young Lady memang dekat. Hampir tiap hari chatting. Bukan kebetulan kalau kami punya banyak kesamaan. Obrolan-obrolannya sering memunculkan ide di dalam hati.
Kalau saja Kompasianer mau membuka mata, isu-isu unpopuler itu sebenarnya tepat di depan mata kita. Sangat dekat, kasat mata, namun luput dari pandangan.
Sayangnya, Kompasiana dan Kompasianer sebagian besar lebih suka menulis isu-isu populer. Seperti isu politik, Pemilu, berita ekonomi terkini, gaya hidup, dan pertandingan olahraga. Yang paling banyak tentu saja tulisan politik. Memuakkan, rasanya Young Lady ingin muntah ke muka-muka para prajurit politik.
Tak terhitung berapa banyak artikel politik yang tayang di Kompasiana tiap harinya. Berbeda dengan artikel seputar diskriminasi, infertilitas, pengungsi dari negara konflik, isu disabilitas, atau membongkar plagiarisme. Jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan artikel politik. Artikel-artikel dari topik unpopuler pun jarang masuk NT dan terpopuler. Artikel politiklah yang mendominasi dua kolom tersebut.
Tiap hari Young Lady cantik tak pernah absen mengunjungi Kompasiana. So pasti Young Lady memperhatikan statistik, artikel-artikel mana saja yang populer, artikel HL, dan nama-nma beken. Yah, hampir semuanya politik dan isu populer. Jarang, jarang sekali ditemui isu-isu unpopuler dituliskan dengan cantik.
Hal paling terasa waktu pelaksanaan Asian Games dan Asian Paragames. Antusiasmenya lebih mengarah ke Asian Games. Yang menulis tentang Asian Paragames jauh lebih sedikit. Honestly, Young Lady rindu tulisan-tulisan humanis Pak Bamset tentang menolong orang tak mampu/orang berkebutuhan khusus, tulisan cantik kaka cantik Syifa Ann tentang membongkar plagiarisme, dan tulisan dari malaikat tampan bermata sipitku "Calvin Wan" tentang infertilitas, serta tulisannya mengenai saksesibilitas digital untuk yang tidak bisa melihat dengan normal.Â
Itu humanis sekali, dan sangat real dalam kehidupan. Real life, real world. Bukannya isu-isu politik yang cenderung abstrak dan jauh dari kehidupan kita sehari-hari.
Makanya itu Young Lady berani tampil beda. Ini aku, seperti lagunya Devano Danendra. Ini aku, Young Lady cantik, Tuan Putrinya "Calvin Wan", hadir membawa isu-isu unpopuler seperti mencintai orang sakit, diskriminasi rasial, isu disabilitas, isu infertilitas, dan unpopuler opinion tentang hijab. Young Lady pernah menelan pil pahit dihantam haters berkali-kali, tulisan dihapus tanpa konfirmasi, dan diserang orang mabuk agama. Itu biasa, sangat biasa. Walau pada akhirnya Young Lady menangis cantik di pelukan "Calvin Wan".
Bukti lain bahwa Kompasianer penakut tercermin dari cara mereka berinteraksi. Di artikel-artikel kontroversial, Kompasianer lebih sering vote without comment. Kalaupun berkomentar, biasanya mereka bilang 'ikut menyimak'. Nah, itu pengecut, kan?
Banyak mimpi yang belum diwujudkan. Lanjut S2, meneruskan karier hypnotherapy, membuat brand/butik/agency model agar dunia modeling lebih ramah untuk warga difabel, membuka mata hati para instruktur modeling agar tak ragu mengajar modeling pada orang-orang disabilitas yang masih mampu, trading saham, menulis buku non-fiksi bertema diskriminasi rasial, dan membawa "Calvin Wan" ke Manado dan Turki, dua tempat yang membuat hati Young Lady bergetar.Â
Young Lady yakin, semua mimpi itu dapat diwujudkan meski tanpa mata. Sudah lebih dari 5 tahun Young Lady menulis buku fiksi romantis idealis yang erat kaitannya dengan penyakit, isu infertilitas, dan diskriminasi rasial. Young Lady ingin sesekali membuat buku nonfiksi.
Hmmmm, Young Lady sedih dan kecewa dengan aplikasi/web yang tidak ramah difabel. Andai saja laporan keuangan itu bisa terbaca dan bukan dalam bentuk tabel, jika saja semua web mudah diakses warga berkebutuhan khusus, dan masih banyak jika-jika yang lainnya terkait aksesibilitas.Â
Bila aksesibilitas ramah untuk person with special needs, tentu akan lebih banyak peluang manis yang diraih. Tak perlu lagi minta dibacakan atau dibantu saat akan mengakses sebuah peluang.
Finally, Young Lady ingin mengatakan kalau Young Lady kesepian. That's all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H