5. Jaga hubungan dengan orang-orang baik
Di sebuah kantor, tak semuanya jahat dan berhati hitam. Pasti ada satu-dua orang yang berhati putih dan tulus. So, jagalah hubungan baik dengan mereka. Resign bukan berarti memutuskan hubungan dengan orang baik.Â
Namanya hidup, kita tak pernah tahu. Mungkin saja, orang-orang baik itulah yang akan menjadi perantara meraih masa depan yang lebih cerah. Tak usah mengharapkan peluang di kantor lama. Siapa tahu ada peluang di tempat lain bersama orang-orang baik.
6. Perbaiki kualitas waktu dengan orang-orang yang dicintai
Ini tak kalah penting. Terlepas dari politik kantor, ada sisi positifnya juga. Kalian jadi punya banyak waktu untuk orang-orang yang kalian cintai. Saatnya memperbaiki kualitas waktu dengan mereka. Sambil membuka jalur pendakian baru, luangkanlah banyak waktu untuk mereka.Â
Jangan biarkan malam-malam mereka menjadi dingin tanpa pelukan hangat kalian. Berikan pagi kalian untuk memanjakan mereka. Perhatikan mereka setiap waktu.
7. Perbanyak komunikasi dengan Tuhan
Menjaga komunikasi tak hanya dengan orang baik maupun dengan orang-orang terdekat. Setelah terbebas dari kantor, cobalah memperbanyak komunikasi transendental dengan Tuhan. Tingkatkan kualitas ibadah, perbanyak lagi belajar ilmu agama. Jika kita dekat pada Tuhan, Dia pun akan selalu ada untuk kita.Â
Padatnya jadwal pekerjaan kantor sering kali melalaikan kita dari Dzat Maha Tinggi. Sekarang, setelah belenggu rutinitas kantor tak lagi membekap diri, teruslah berkomunikasi denganNya. Kini tak ada alasan lagi untuk menunda-nunda ibadah. Kan sudah terbebas dari ketatnya jadwal di kantor. What are you waiting for?
Nah, itu tadi hal-hal yang bisa dilakukan bila harus tersingkir dari panggung politik kantor. Menyingkir dan mengalah bukanlah pilihan buruk. Tak selamanya yang menang dan menguasai politik kantor akan terus berjaya.Â
Sebab para oknumnya berjaya di atas kejatuhan orang lain. Tak ada keberkahan dalam kejayaan yang diraih dengan cara kotor. Kompasianers, pernahkah kalian terlibat politik kantor?