Honestly, Young Lady membuat tulisan cantik ini dalam keadaan tak bahagia. Bagaimana mau bahagia? Tersingkir gegara politik kantor kok.
Suka tidak suka, politik kantor pasti terjadi. Senada dengan yang diungkapkan Rebecca Wolfe, penulis buku Office Politics. Politik kantor bisa dilakukan individu maupun berkelompok. Tujuannya? Untuk mencapai tujuan pekerjaan dengan tuntas. Entah itu melesat ke puncak karier, program yang diinisiasinya tercapai, atau menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi/kelompok tertentu.Â
Setiap kantor berpolitik, sebab setiap hari orang-orang berkumpul dari berbagai sifat dan divisi pekerjaan untuk mencapai tujuan. Masih menurut Wolfe, politik kantor akan berlangsung secara sehat bila para pelakunya pun bersaing sehat.
Sayangnya, politik kantor cenderung diartikan secara negatif. Tapi memang logis kok. Politik kantor kerap kali menjatuhkan korban. Ada dua reaksi untuk merespon politik kantor: melawan hingga berdarah-darah, atau menyingkir dari medan perang. Tidak ada reaksi terbaik dan terburuk. Semuanya bersifat opsional, kembali ke individu masing-masing.
Pekerja bodoh dan licik biasanya menggunakan politik kantor untuk menjatuhkan pekerja tulus dan pintar. Caranya macam-macam. Antara lain adu domba, gosip, laporan palsu, menghasut atasan, dan membuat perpecahan di kalangan rekan kerja. Lagu lama saat orang tulus dan berbakat dimusuhi di kantor, sedangkan orang berhati hitam justru didekati banyak orang. Semuanya semata demi melancarkan tujuan.
Young Lady cantik pernah tersingkir karena politik kantor. Gosip menjadi medianya. Bayangkan, bodohnya orang-orang itu. Young Lady tersingkir hanya karena pelukan! Sempitnya pemikiran orang Indonesia yang tidak terbiasa dengan pelukan. Mereka memandang pelukan dari kacamata negatif.
Membaca untaian pemikiran dan perasaan korban-korban politik kantor membuat hati Young Lady tergores. Satu dijadikan bulan-bulanan dalam rapat, seorang malaikat tampan dimusuhi, satu tertahan data di HRD, satu lagi dilempar karena tekanan massa. Dari sekian contoh kasus politik kantor, tak ada yang lebih bodoh dari pada kasusnya Young Lady cantik: hanya karena pelukan.
Korban-korban politik kantor ini telah menemukan takdirnya di tempat lain. Mereka telah membuka jalur pendakian baru. Doa terbaik Young Lady untuk mereka. Semoga, semoga...seperti kata Afgan di lagunya.
Nah, bagi kalian yang akhirnya tersingkir karena politik kantor, jangan berkecil hati. Lakukan saja hal-hal ini.
1. Jadilah penulis
Nah lho, kok penulis? Iya. Penulis itu profesi yang sangat menyenangkan. Sekarang ini, makin mudah untuk menjadi penulis. Kecanggihan teknologi memegang peranan besar. Sebagai langkah pertama, menulis saja di platform-platform berbayar. Dengan begitu, tulisan kalian dihargai. Paling tidak, kalian dapat rewards. Dari pada di kantor lama, mau serajin apa pun ujung-ujungnya tetap dijatuhkan juga.Â
Jadi penulis enak kok. Jam kerja fleksibel, mengasah pemikiran, dapat uang, bisa berprestasi, dan tidak terikat kantor tertentu. Penulis bisa menjadi profesi alternatif selagi kalian menunggu hadirnya peluang baru. Kalau mau, jadikan saja dunia literasi sebagai jalur pendakian baru.
2. Membuka usaha
Merasa trauma dengan politik kantor? Tak mau lagi bekerja di kantor karena takut mengulang kisah yang sama? Merasa terlalu tua atau tak punya kapasitas lagi untuk apply lamaran pekerjaan baru? Ok, kalian buka usaha sendiri saja. Jadilah entrepreneur. Jangan takut soal modal.Â
Kalian bisa mengandalkan koperasi, bank, berkongsi dengan kerabat, atau mendirikan usaha online. Zaman now, tak ada yang tak mungkin. Cobalah kontak teman-teman kalian yang baik dan bisa dipercaya. Ajak mereka berbisnis bersama. Keren, kan?
3. Melanjutkan studi
Eits, jangan salah. Tak ada kata terlambat untuk mencari ilmu. Dari pada menyesali hitamnya nasib, kenapa kalian tidak melanjutkan studi saja? Tak punya biaya? Helloooo, manfaatkan saja beasiswa. Mundurlah sejenak dari working life. Lalu lanjutkan studi. Siapa tahu, di sanalah lajur karier kalian berikutnya. Misalnya dengan menjadi akademisi, pengajar, atau praktisi/profesional dengan kepakaran tertentu.Â
Saat ini, yang dibutuhkan bukanlah orang yang mahir di segala bidang. Namun orang-orang yang fokus pada bidang tertentu. Melanjutkan studi bisa membuka pintu harapan untuk menjadi researcher. Nama kalian justru akan dikenal orang karena karya ilmiah dan penelitian yang kalian buat.
4. Membuat konten kreatif
Konten kreatif makin dibutuhkan saja. Mulai sekarang, jangan jadi penikmat saja. Buatlah konten kreatif versi kalian.
Jadi narablog? Ayo mulai. Jadi vlogger? Siapa takut. Jadi Youtuber? Let's go. Jadi food fotografer? Jadi selebgram? Why not? Boleh saja. Jadi admin akun-akun promosi konten kreatif? Jangan ragu.
Kreativitas bisa menjadi ladang penghasilan kalian. Tersingkir dari kantor, jadilah orang yang kreatif. Manfaatkan peluang. Raihlah pendapatan dari konten-konten kreatif. Mungkin awalnya sulit, tapi cobalah. Jangan berhenti berusaha.
5. Jaga hubungan dengan orang-orang baik
Di sebuah kantor, tak semuanya jahat dan berhati hitam. Pasti ada satu-dua orang yang berhati putih dan tulus. So, jagalah hubungan baik dengan mereka. Resign bukan berarti memutuskan hubungan dengan orang baik.Â
Namanya hidup, kita tak pernah tahu. Mungkin saja, orang-orang baik itulah yang akan menjadi perantara meraih masa depan yang lebih cerah. Tak usah mengharapkan peluang di kantor lama. Siapa tahu ada peluang di tempat lain bersama orang-orang baik.
6. Perbaiki kualitas waktu dengan orang-orang yang dicintai
Ini tak kalah penting. Terlepas dari politik kantor, ada sisi positifnya juga. Kalian jadi punya banyak waktu untuk orang-orang yang kalian cintai. Saatnya memperbaiki kualitas waktu dengan mereka. Sambil membuka jalur pendakian baru, luangkanlah banyak waktu untuk mereka.Â
Jangan biarkan malam-malam mereka menjadi dingin tanpa pelukan hangat kalian. Berikan pagi kalian untuk memanjakan mereka. Perhatikan mereka setiap waktu.
7. Perbanyak komunikasi dengan Tuhan
Menjaga komunikasi tak hanya dengan orang baik maupun dengan orang-orang terdekat. Setelah terbebas dari kantor, cobalah memperbanyak komunikasi transendental dengan Tuhan. Tingkatkan kualitas ibadah, perbanyak lagi belajar ilmu agama. Jika kita dekat pada Tuhan, Dia pun akan selalu ada untuk kita.Â
Padatnya jadwal pekerjaan kantor sering kali melalaikan kita dari Dzat Maha Tinggi. Sekarang, setelah belenggu rutinitas kantor tak lagi membekap diri, teruslah berkomunikasi denganNya. Kini tak ada alasan lagi untuk menunda-nunda ibadah. Kan sudah terbebas dari ketatnya jadwal di kantor. What are you waiting for?
Nah, itu tadi hal-hal yang bisa dilakukan bila harus tersingkir dari panggung politik kantor. Menyingkir dan mengalah bukanlah pilihan buruk. Tak selamanya yang menang dan menguasai politik kantor akan terus berjaya.Â
Sebab para oknumnya berjaya di atas kejatuhan orang lain. Tak ada keberkahan dalam kejayaan yang diraih dengan cara kotor. Kompasianers, pernahkah kalian terlibat politik kantor?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H