Kalau bisa, rumah produksinya harus idealis dan punya prinsip. Dalam arti, hanya menerima dan menggarap karya-karya yang sesuai dengan idealisme rumah produksi tersebut. Sedikit usul lagi, baiknya Pak BTP mendirikan rumah produksi yang mengedepankan idealisme toleransi, pluralisme, dan kasih pada minoritas.
Young Lady, sebagai sesama minoritas dan baru-baru ini jadi korban mayoritas lokal di sebuah radio pemerintah, dengan senang hati mau bekerjasama dengan beliau. Oh my Allah, senangnya Young Lady bila diberi kesempatan bertemu dan bekerjasama dengan Pak BTP. Bekerjasama dengan sosok idola, rasanya super sekali.
Kemudian, buatlah penerbit buku. Sekarang ada tuh rumah produksi yang membuka lini bisnis penerbitan buku. Tujuannya agar lebih mudah menyaring novel-novel bagus untuk difilmkan. Atau sebaliknya, mengadaptasi film ke dalam bentuk novel.
So, sekalian aja Pak BTP bikin penerbit buku. Keren tuh. Production house yes, penerbitan buku yes. Penerbit bukunya tentu yang penuh prinsip dan idealisme juga ya. Jangan oportunistik dan tunduk pada trend pasar.
Well, Young Lady bahagia sekali bila dua usulan itu dipertimbangkan dan diwujudkan. Young Lady cantik bergaun putih dan bermata biru siap menunggu dan bekerjasama. Menunggu malaikat tampan bermata sipit "Calvin Wan" aja bisa, masa menunggu Pak BTP nggak bisa?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI