Hari ketiga, Young Lady datangi rumah si dosen penguji. Tentunya bukan dengan tangan kosong. Sudah disiapkan sesuatu untuknya. Bingkisan cantik ala-ala Young Lady cantik.
Finally, muluslah proses itu. Tanda tangan didapatkan. Thank you Allah. Penelitian bisa dilanjutkan.
Di saat teman-teman lain masih sibuk revisian, Young Lady sudah selesai. Bisa bersantai sambil menunggu SK pembimbing 2-3 minggu lagi. Di saat orang lain kerepotan mencari dosen, Young Lady sudah menemukannya. Sambil bawa sesuatu pula.
Ketakaburan Young Lady membuat "Calvin Wan" mengingatkan dengan lembut untuk tidak sombong. Sebuah peringatan berharga untuk mereka-mereka yang berada di atas. Young Lady tersadar.
Jangan besar kepala ketika berada di puncak. Jangan berkecil hati saat terjatuh ke bawah. Roda berputar. Tak ada yang tahu skenario hidup yang sesungguhnya.
Kesombongan memiliki beberapa tingkatan. Semakin tinggi tingkatannya, semakin sulit kesombongan dideteksi.
Tingkat pertama, kesombongan karena merasa lebih dari orang lain dalam sisi material. Merasa lebih pintar, lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih sukses. Kesombongan jenis ini mudah dirasakan. Mudah pula diatasi.
Tingkat kedua, kesombongan karena merasa lebih baik dari segi sifat. Merasa lebih baik, lebih dermawan, lebih religius, lebih santun, dan lebih rajin. Jenis kesombongan ini bagai bulu-bulu halus di hati kita. Sangat, sangat sulit dideteksi. Dan tentunya, sulit dihilangkan.
Sama halnya dengan kesombongan, sifat rendah diri pun tidak layak untuk disimpan di dalam hati. Kerendahan diri hanya akan berdampak perasaan underestimate. Muncul rasa tidak dihargai, tidak berguna, dan tidak layak diperhatikan.
Jauhkan dua perasaan negatif itu dari hati kita. Bersihkan pikiran dari sifat rendah diri. Sucikan hati dari kesombongan. Tak mudah menyingkirkan kesombongan dan kerendahan diri. Namun, berusahalah. Sulit bukan berarti tak bisa, kan?
Kompasianers, bagaimana pendapat kalian tentang kesombongan dan kerendahan diri?